Jumat 24 Jun 2022 23:51 WIB

Berbagai Elemen di China Galang Dana Bantuan Gempa untuk Afghanistan

China bekerja keras untuk tutur bantu korban gempa Afghanistan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Orang-orang yang terkena dampak gempa menunggu bantuan di desa Gayan di provinsi Paktia, Afghanistan, 23 Juni 2022. Lebih dari 1.000 orang tewas dan lebih dari 1.500 lainnya terluka setelah gempa berkekuatan 5,9 melanda Afghanistan timur sebelum fajar pada 22 Juni, Bakhtar yang dikelola negara Afghanistan Kantor Berita melaporkan. Menurut pihak berwenang, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Orang-orang yang terkena dampak gempa menunggu bantuan di desa Gayan di provinsi Paktia, Afghanistan, 23 Juni 2022. Lebih dari 1.000 orang tewas dan lebih dari 1.500 lainnya terluka setelah gempa berkekuatan 5,9 melanda Afghanistan timur sebelum fajar pada 22 Juni, Bakhtar yang dikelola negara Afghanistan Kantor Berita melaporkan. Menurut pihak berwenang, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING— Berbagai elemen masyarakat di China menggalang dana bantuan kemanusiaan untuk korban gempa bumi di Afghanistan, yang menewaskan sedikitnya 1.000 orang dan melukai sekitar 1.500 warga lainnya.

"Kami bekerja sepanjang waktu melalui berbagi saluran, termasuk Palang Merah China dan komunitas bisnis untuk menghimpun dana, tenda, selimut, dan perlengkapan lainnya yang akan dikirimkan secepatnya ke daerah yang dilanda gempa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA), Wang Wenbin, di Beijing, Jumat (24/6/2022).

Baca Juga

Sebelumnya, bantuan makanan pokok dari China, menurut dia, telah tiba di Afghanistan.Barang-barang tersebut langsung didistribusikan kepada masyarakat setempat. "China akan terus meningkatkan kerja sama pencegahan dan mitigasi bencana dengan Afghanistan," kata Wang. 

Ia mengatakan bahwa bencana alam di Afghanistan menarik simpati warga China. Menlu China Wang Yi telah menyampaikan pesan duka cita kepada penjabat menlu pemerintahan sementara Afghanistan Amir Khan Muttaqi.

"Menlu sangat berduka dan menyampaikan simpati kepada para keluarga yang ditinggalkan dan korban luka. Menlu menekankan bahwa China akan memberikan bantuan kemanusiaan sesuai yang dibutuhkan Afghanistan," ujarnya.

Wang belum bisa menyebutkan secara rinci berapa nilai bantuan yang akan dan telah diberikan kepada Afghanistan dalam mengatasi bencana alam tersebut. "Kami akan merilisnya. Tunggu saja nanti," ucapnya dalam pengarahan pers. Tidak ada satu pun warga China yang menjadi korban gempa bumi di negara tetangganya itu. 

Sementara itu, gempa susulan merenggut lebih banyak nyawa di wilayah timur Afghanistan pada Jumat. Gempa ini kemungkinan menambah lebih banyak korban jiwa usai laporan terbaru menyatakan gempa sebelumnya merenggut 1.150 nyawa.

Departemen Meteorologi Pakistan melaporkan gempa baru berkekuatan 4,2 SR. Laporan kantor berita yang dikelola Taliban Bakhtar menyatakan, guncangan baru ini merenggut lima nyawa lagi dan melukai 11 orang di Distrik Gayan. 

Laporan Bakhtar sebelumnya menyatakan, gempa berkekuatan 6 SR pada Rabu (22/6), telah membunuh 1.150 orang. Juru bicara Taliban, Abdul Wahid Rayan mengatakan, sedikitnya 1.600 orang terluka. 

Sedangkan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan telah menyebutkan jumlah korban meninggal dunia mencapai 770 orang.

Tidak jelas bagaimana jumlah korban meninggal dunia dapat dicapai, mengingat sulitnya mengakses dan berkomunikasi dengan desa-desa yang terkena dampak. 

Gempa sebelumnya melanda daerah pegunungan terpencil yang sudah bergulat dengan kemiskinan. Bantuan telah membuat negara itu tetap bertahan dengan hampir setengah dari populasi berjumlah 38 juta tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan pokok mereka.

Sementara beberapa pegawai negeri, seperti dokter, perawat dan guru, tidak dibayar selama berbulan-bulan karena pemerintah Taliban tidak dapat mengakses cadangan devisa yang dibekukan. Penundaan gaji terus berlanjut di seluruh sektor publik. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement