Sabtu 02 Jul 2022 17:10 WIB

PVBMG Imbau Warga Tiga Desa di Ile Lewotolok Waspada Material Erupsi

Letusan Ile Lewotolok pada dini hari tadi menimbulkan getaran di beberapa desa.

Ilustrasi. Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok bagian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengimbau tiga desa yang berada di kaki gunung tersebut untuk mewaspadai potensi guguran material saat intensitas erupsi dari gunung itu yang semakin tinggi.
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
Ilustrasi. Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok bagian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengimbau tiga desa yang berada di kaki gunung tersebut untuk mewaspadai potensi guguran material saat intensitas erupsi dari gunung itu yang semakin tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok bagian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengimbau tiga desa yang berada di kaki gunung tersebut untuk mewaspadai potensi guguran material saat intensitas erupsi dari gunung itu yang semakin tinggi. Sejak Sabtu (2/7/2022  dini hari pukul 00.00 WITA sampai 06.00 WITA, jumlah letusan akibat erupsi gunung tersebut mencapai 15 kali letusan.

Letusannya menimbulkan getaran di beberapa desa. "Daerah yang perlu diwaspadai adalah tiga desa karena masuk dalam kawasan zona merah, yaitu Jontona, Lamawolo dan Lamatokan," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok Stanis Arakian saat dihubungi di Lewoleba, Lembata, dari Kupang, Sabtu.

Baca Juga

Karena itu, dia mengatakan, apabila ada anomali yang membahayakan maka warga juga siap untuk diungsikan atas perintah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Ia menjelaskan bahwa berdasarkan data kegempaan selama enam jam terakhir sistem magma mulai kembali terbuka, setelah sempat tertutup sementara 24 jam terakhir.

Data seismik enam jam terakhir berupa 43 kali gempa hembusan dan jenis gempa lainnya sehingga aktivitas siang ini cenderung landai ketimbang 24 jam terakhir. "Akan tetapi, kami terus pantau setiap pergerakan magmanya, dan jangan lupa tetap waspada dalam status siaga ini," tambah dia.

Hingga saat ini, aktivitas gunung api yang sempat meletus pada November 2020 itu sangat tinggi, di mana level III atau siaga masih berlaku hingga saat ini, karena itu mereka mengeluarkan sejumlah rekomendasi agar warga sekitar waspada. Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan seperti berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka pada tanggal 14 Juni 2022 tingkat aktivitas Gunung api Ile Lewotolok masih berada pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi baru yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini.

Dalam tingkat aktivitas Level III (Siaga), masyarakat di sekitar gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung/pendaki/wisatawan direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak/kawah, radius 3.5 km untuk sektor Tenggara, radius 4 km untuk sektor Timur dan Timur Laut. "Masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman guguran lava pijar dan awan panas dari bagian timur puncak/kawah Gunung Ile Lewotolok," katanya.

Selain itu, mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan Iainnya, masyarakat yang berada di sekitar gunung Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit, kata Stanis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement