Senin 04 Jul 2022 23:07 WIB

Aktivitas Vulkanik Merapi Masih Berupa Erupsi Efusif

Status aktivitas Gunung Merapi masih ditetapkan dalam tingkat siaga.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Luncuran lava pijar keluar dari kawah Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. Menurut data BPPTKG Yogyakarta pada periode pengamatan 4 Mei 2022 pukul 00.00-12.00 WIB telah terjadi 11 guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Luncuran lava pijar keluar dari kawah Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. Menurut data BPPTKG Yogyakarta pada periode pengamatan 4 Mei 2022 pukul 00.00-12.00 WIB telah terjadi 11 guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi. Periode pengamatan 24-30 Juni 2022, teramati 69 kali guguran lava pijar ke barat daya.

Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, guguran dominan ke Sungai bebeng berjarak luncur maksimal 1.800 meter. Tercatat 13 gempa vulkanik dangkal, 22 gempa fase banyak, 604 gempa guguran, 10 gempa hembusan dan enam gempa tektonik.

"Intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi," kata Agus. Secara visual, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan pada siang sampai sore berkabut.

Asap berwarna putih, ketebalan tipis sampai tebal, tekanan lemah dan tinggi 300 meter teramati di Pos Babadan. Di kubah barat daya tidak teramati adanya perubahan ketinggian kubah. Di kubah tengah tidak pula teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan.

Volume kubah barat daya 1.561.000 meter kubik dan kubah tengah 2.582.000 meter kubik. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,2 centimeter per hari.

Curah hujan 40 milimeter per jam selama 30 menit di Pos Kaliurang pada 24 Juni 2022 lalu. Meski begitu, tidak dilaporkan terjadi banjir lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Atas semua aktivitas tersebut, Agus menekankan, status aktivitas Gunung Merapi masih ditetapkan dalam tingkat siaga. "Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif," ujar Agus.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer. Kemudian, Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Di sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

Untuk itu, BPPTKG tetap meminta Pemkab Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten agar melakukan upaya-upaya mitigasi menghadapi ancaman bahaya erupsi. Masyarakat masih diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Selain itu, BPPTKG tetap meminta masyarakat agar selalu mengantisipasi gangguan abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Serta, senantiasa mewaspadai bahaya banjir lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement