Rabu 13 Jul 2022 11:12 WIB

Putin, Erdogan, dan Raisi akan Gelar Pertemuan Trilateral

Belum diketahui isu apa saja yang bakal dibahas dalam pertemuan tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin (Kiri) dan Presiden Recep Tayyip Erdogan (Kanan)
Foto: Youtube
Presiden Rusia Vladimir Putin (Kiri) dan Presiden Recep Tayyip Erdogan (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran Ebrahim Raisi diagendakan menggelar pertemuan trilateral di Teheran pada 19 Juli mendatang. Belum diketahui isu apa saja yang bakal dibahas dalam pertemuan tersebut.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, pada Selasa (12/7/2022), mengungkapkan, di sela-sela pertemuan trilateral, Putin pun akan melakukan diskusi bilateral dengan Erdogan. Pada Senin (11/7/2022), keduanya sempat berbincang via telepon dan membahas beberapa isu, termasuk soal pembentukan koridor ekspor gandum via Laut Hitam.

Putin juga diagendakan menggelar pertemuan bilateral dengan Ebrahim Raisi. “Perencanaan untuk pengembangan kerja sama ekonomi antara Iran dan Rusia akan menjadi prioritas konsultasi antara (Putin dan Raisi),” ungkap kepala komite ekonomi parlemen Iran Mohammadreza Pourebrahimi, dilaporkan kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA).

Menurut Pourebrahimi, sanksi yang diberlakukan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia sebagai respons atas tindakannya menyerang Ukraina, membuat Moskow membutuhkan kerja sama ekonomi lebih dalam dengan Iran. Teheran memandang Rusia sebagai sekutu strategis. Hingga saat ini, negara tersebut belum melayangkan kritik atau kecaman terhadap Rusia atas agresinya terhadap Ukraina.

Awal pekan ini, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, Iran sedang mempersiapkan pengiriman ratusan pesawat nirawak (drone) ke Rusia. Drone tersebut akan digunakan dalam pertempuran di Ukraina.

“Informasi kami menunjukkan bahwa pemerintah Iran sedang bersiap untuk menyediakan Rusia hingga beberapa ratus UAV (Unmanned Aerial Vehicle), termasuk UAV berkemampuan senjata dalam waktu yang dipercepat,” kata Sullivan dalam konferensi pers Senin lalu, dikutip laman the Guardian.

Berdasarkan informasi yang diperoleh AS, Iran pun akan melatih pasukan Rusia untuk menggunakan UAV tersebut. “Sesi pelatihan awal yang dijadwalkan akan dimulai pada awal Juli,” ungkap Sullivan.

Kendati demikian, dia belum mengetahui apakah Iran telah mengirimkan drone ke Rusia. “Tapi ini hanya salah satu contoh bagaimana Rusia melihat ke negara-negara seperti Iran untuk kemampuan yang juga digunakan untuk menyerang Arab Saudi,” ujarnya.

Dalam konferensi pers, Sullivan pun sempat menanggapi pertanyaan tentang apakah Rusia akan berhasil merebut ibu kota Ukraina, Kiev. Menurut dia, dengan keberanian Ukraina dan sokongan Barat, Kiev akan mampu dipertahankan agar tak jatuh ke tangan Moskow.

“Dari sudut pandang kami, kami akan terus melakukan bagian kami untuk membantu mempertahankan pertahanan efektif Ukraina dan membantu Ukraina menunjukkan bahwa upaya Rusia untuk mencoba dan menghapus Ukraina dari peta tidak dapat berhasil,” kata Sullivan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement