Rabu 13 Jul 2022 22:11 WIB

Prof Arif Satria: Nilai Mulia Idul Adha Penting untuk Tranformasi Bangsa di Era Disrupsi

Idul Adha momen menguatkan modal sosial bagi kemajuan bangsa.

Rektor IPB University Prof Arif Satria jadi khatib Idul Adha di Masjid Darussalam Kota Wisata, Cibubur, Jawa Barat , Ahad (10/7/2022).
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB University Prof Arif Satria jadi khatib Idul Adha di Masjid Darussalam Kota Wisata, Cibubur, Jawa Barat , Ahad (10/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, CIBUBUR -- Prof Arif Satria, rektor IPB University diundang sebagai tamu dalam khutbah spesial Idul Adha di Masjid Darussalam Kota Wisata, Cibubur, Jawa Barat dengan tema “Idul Adha dan Nilai-Nilai Mulia untuk Transformasi Bangsa di Era Distrupsi”, Ahad, 10 Juli 2022. Di depan ribuan jamaah, ia mengatakan bahwa momen Idul Adha seharusnya menjadi pencerahan bagi umat Muslim untuk menguatkan modal sosial bagi kemajuan bangsa.

Menurutnya, modal sosial sangat penting dalam menghadapi era penuh disrupsi. Di mana masyarakat dihadapi oleh tiga macam disrupsi yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0 dan pandemi Covid-19. Ketiga sumber disrupsi ini mendatangkan masalah dan tantangan tersendiri. Di samping itu, krisis pangan perlu terus diwaspadai karena berpotensi menjadi lebih mengkhawatirkan jika tidak ada langkah adaptasi dan mitigasi yang tepat.

“Baik revolusi industri 4.0 hingga pandemi telah mengubah tatanan hidup masyarakat. Dampaknya luas dan sistemik serta mencakup secara global. Peristiwa ini seyogyanya dapat dianggap sebagai cara Allah menambah keimanan dan ketakwaan. Sehingga manusia diperintahkan agar selalu belajar dari kisah-kisah nabi dan masyarakat terdahulu yang penuh dengan ujian,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (13/7/2022).

Kisah-kisah nabi yang terdapat dalam Alquran,  ujarnya, dapat menjadi pengajaran bagi manusia yang berakal yaitu ulil albab. Ujian ketakwaan dan kehidupan hampir dialami semua nabi, terutama Idul Adha merupakan peristiwa besar bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ujian tersebut begitu besar namun tetap dapat dilewati.

“Kontekstualisasi nilai-nilai mulia dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di dalam menghadapi ujian bisa menjadi salah satu rujukan penting bagi kita dalam merespons ujian-ujian yang terus berdatangan sebagai konsekuensi dari perubahan yang ada,” terangnya.

Ia menambahkan, sifat positif harus diperkuat untuk meningkatkan nilai ini. Tentunya hanya dapat dimiliki oleh orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi. Sifat ini harus menjadi dasar bagi masyarakat agar terus mengembangkan sikap positif. Pada akhirnya akan membawa manusia kepada keikhlasan, ketakwaan dan optimisme.

Menurutnya, hidup bergotong-royong semakin penting karena  krisis tidak mungkin dihadapi sendirian. Nilai-nilai kesabaran proaktif juga harus ditanamkan. Umat Muslim dapat belajar dari ulil azmi yang menggambarkan kegigihan tinggi nabi dalam berdakwah.

“Kesabaran proaktif selalu ditandai dengan perjuangan total secara lahiriyah dan batiniyah. Selalu ada optimisme dalam benak setiap pejuang bahwa  semua masalah pasti akan berakhir. Namun proses menuju akhir masalah membutuhkan sikap-sikap proaktif secara total dan tentu sebagai konsekuensi manusia sebagai makhluk berakal,” tambahnya.

Ia mengatakan, nikmat kehidupan tidak diperoleh secara instan.  Diperlukan ikhtiar yang sistematis melalui proses yang berjenjang. Sikap proaktif dan insiatif merupakan prasyarat untuk tranformasi ke depan.

Di samping itu, lanjutnya, nilai kebersamaan dalam menghadapi ujian juga tidak boleh diabaikan. Era perubahan membutuhkan kemampuan kolaborasi yang kuat dalam meringankan permasalahan yang ada. Modal sosial yang kuat dan juga gift economy, sebuah model ekonomi baru juga merupakan investasi yang sangat baik dalam menghadapi permasalahan dan tantangan di Indonesia.

Menurutnya, Idul Adha dapat menjadi momentum untuk meningkatkan nilai kebersamaan dan berbagi. Rezeki yang diperoleh dapat disyukuri dengan semangat berbagi dan nantinya akan memberikan multiplier effect.

“Semangat berbagi adalah modal penting bagi keberlanjutan kehidupan umat. Dengan memiliki jaringan sosial kuat, norma kuat dan tergolong high trust society, masyarakat akan meningkatkan jaringan sosial dan tumbuhnya rasa semakin percaya. Ini adalah bekal sosial penting bagi kemajuan bangsa,” ujar Prof Arif Satria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement