Kamis 14 Jul 2022 12:08 WIB

Kemenperin: Hilirisasi Indutri Sawit Dongrak Ekonomi Daerah

Hilirisasi pengolahan sawit ciptakan pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. aktivitas industri pengolahan sawit telah menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi khususnya di luar Pulau Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, dan wilayah timur Indonesia. Selain itu, menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha kebun di sektor industri sawit, khususnya daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdalam).
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. aktivitas industri pengolahan sawit telah menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi khususnya di luar Pulau Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, dan wilayah timur Indonesia. Selain itu, menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha kebun di sektor industri sawit, khususnya daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdalam).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad terus menjalankan kebijakan hilirisasi industri. Tujuanmya antara lain meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri yang berujung pada kesejahteraan masyarakat. 

Sasaran strategis ini terwujud dalam aktivitas industri pengolahan sawit yang kini semakin berkembang di tanah air. “Industri pengolahan sawit kian berkembang, termasuk yang berada di kawasan industri Dumai. Bahkan, aktivitasnya mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, dalam keterangan resmi, Kamis (14/7).

Dalam kesempatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI di Kawasan Industri Dumai, Riau, Senin lalu, Dirjen Industri Agro mengemukakan, industri pengolahan masih mendominasi dalam kontribusinya memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dengan kontribusi sebesar 28,08 persen pada 2021. Produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi Riau merupakan yang terbesar kedua di Sumatra dan terbesar keenam secara nasional.

“Artinya, PDRB di Riau ini berbasis pada aktivitas sektor manufaktur. Sementara, secara khusus di Kota Dumai, kontribusi sektor industri pengolahan lebih dari 60 persen,” kata dia. Pada 2021, perekonomian Riau tumbuh 3,36 persen atau lebih tinggi dibandingkan 2020 yang mengalami kontraksi 1,13 persen akibat dampak pandemi Covid-19.

Putu menyampaikan, aktivitas industri pengolahan sawit telah menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi khususnya di luar Pulau Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, dan wilayah timur Indonesia. Selain itu, menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha kebun di sektor industri sawit, khususnya daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdalam).

“Bahkan, multiplier effect dari aktivitas industri pengolahan sawit ini juga, telah menumbuhkan aglomerasi atau kawasan industri baru berbasis sawit seperti di Dumai (Riau), Sei Mangkei dan Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Tarjun (Kalimantan Timur), dan Bitung (Sulawesi Utara),” ujarnya. Putu menambahkan, sektor industri pengolahan sawit telah menyerap tenaga kerja langsung tidak kurang dari 5,2 juta orang dan menghidupi hingga 20 juta orang dalam rantai sektor industri ini. 

Pada 2021, ekspor produk sawit mencapai 40,31 juta ton dengan nilai ekspor 35,79 miliar dolar AS. Angka itu meningkat sebesar 56,63 persen dari nilai ekspor 2020.

“Dalam kurun 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat cukup signifikan, dari 20 persen pada 2010 menjadi 80 persen pada 2020. Hal ini sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2010,” ungkapnya.

Putu menegaskan, hilirisasi industri berbasis kelapa sawit merupakan salah satu keberhasilan dari kebijakan pemerintah yang menetapkan sektor ini sebagai program prioritas nasional. 

“Saat ini terdapat 168 jenis produk hilir kelapa sawit yang telah mampu diproduksi oleh industri di dalam dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahan kimia/oleokimia, hingga bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. Sementara pada tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir kelapa sawit yang kita produksi,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement