Jumat 15 Jul 2022 11:28 WIB

RI Catat Rekor Surplus Dagang 24,9 Miliar Dolar AS, Tertinggi Sepanjang Masa

BPS mencatat neraca dagang nonmigas surplus namun migas defisit 11,7 miliar dolar AS

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono. Margo Yuwono menyebut  neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang semester I 2022 tembus 24,89 miliar dolar AS. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, angka surplus itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Foto: Humas BPS
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono. Margo Yuwono menyebut neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang semester I 2022 tembus 24,89 miliar dolar AS. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, angka surplus itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang semester I 2022 tembus 24,89 miliar dolar AS. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, angka surplus itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

"Ini adalah surplus semesteran tertinggi dibandingkan sebelumnya, tertinggi sepanjang masa. Ini kabar baik untuk kita," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (15/7/2022).

Margo menuturkan, sepanjang Januari-Juni 2022, total nilai ekspor mencapai 141,07 miliar dolar AS naik 37,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara impor sebesar 116,18 miliar dolar AS, tumbuh 27,6 persen dari semester I tahun lalu.

"Jadi sebagai kesimpulan, ekspor dan impor sampai semester I 2022 ini tumbuh cukup impresif," katanya menambahkan.

 

Berdasarkan sektornya, neraca perdagangan pada non migas mencatat surplus 36,59 miliar dolar AS. Namun, di sektor migas masih mencatat defisit sebesar 11,7 miliar dolar AS sehingga diperoleh angka surplus 24,9 miliar dolar AS pada periode Januari-Juni 2022.

Lebih lanjut, menurut penggunaan barang, ekspor migas mengalami pertumbuhan 33,45 persen. Ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat 13,19 persen, kemudian ekspor industri pengolahan tumbuh 25,82 persen dan ekspor tambang melonjak 107,1 persen.

Sementara dari sisi impor, BPS mencatat impor barang konsumsi tumbuh sekitar 8,11 persen. Adapun untuk impor bahan baku meningkat 30,41 persen dan impor barang modal 25,98 persen.

Margo mengatakan, kenaikan impor bahan baku dan barang modal yang tinggi menandakan adanya tren perbaikan dari industri di dalam negeri karena menunjukkan geliat produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement