Sabtu 16 Jul 2022 23:35 WIB

Meta Luncurkan Laporan Hak Asasi Manusia Pertama

Meta merilis laporan hak asasi manusia (HAM) tahunan pertamanya

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Meta merilis laporan hak asasi manusia (HAM) tahunan pertamanya
Foto: EPA-EFE/META HANDOUT
Meta merilis laporan hak asasi manusia (HAM) tahunan pertamanya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meta merilis laporan hak asasi manusia (HAM) tahunan pertamanya pada Kamis (14/7/2022). Hal ini dilakukan setelah mereka diduga menutup mata terhadap kasus pelanggaran daring yang memicu kekerasa di dunia nyata seperti di India dan Myanmar.

Laporan tersebut mencakup kinerja yang dilakukan pada 2020 dan 2021. Ini termasuk penilaian dampak HAM yang kontroversial di India yang ditugaskan firma hukum Foley Hoag untuk dilakukan  Meta.

Kelompok HAM termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch telah menuntut rilis penilaian India secara penuh dan menuduh Meta mengulur-ulur waktu. Dalam ringkasannya, Meta mengatakan firma hukum telah mencatat potensi platform Meta untuk dihubungkan dengan risiko HAM yang disebabkan oleh pihak ketiga, termasuk advokasi kebencian yang menghasut permusuhan, diskriminasi, atau kekerasan.

Penilaian itu, tidak mencakup tuduhan bias dalam moderasi konten. Kelompok HAM selama bertahun-tahun telah memperingatkan tentang pidato kebencian anti-Muslim yang memicu ketegangan di India, pasar terbesar Meta secara global berdasarkan jumlah pengguna.

Eksekutif kebijakan publik utamanya di India mengundurkan diri pada 2020 setelah Wall Street Journal melaporkan dia menentang penerapan aturan perusahaan kepada tokoh nasionalis Hindu yang ditandai secara internal karena mempromosikan kekerasan. Dalam laporannya, Meta mengatakan sedang mempelajari rekomendasi India tetapi tidak berkomitmen untuk mengimplementasikannya seperti halnya dengan penilaian hak lainnya.

Direktur HAM Meta Miranda Sissons menunjuk pada pedoman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memperingatkan terhadap risiko bagi pemangku kepentingan yang terkena dampak, personel atau persyaratan sah kerahasiaan komersial.

“Format pelaporan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk alasan keamanan,” kata Sissons, dikutip NewYorkPost, Sabtu (16/7/2022).

Sissons yang bergabung dengan perusahaan pada 2019 mengatakan, timnya sekarang terdiri atas delapan orang. Sementara itu, sekitar 100 lainnya bekerja di bidang HAM dengan tim terkait.

Selain penilaian tingkat negara, laporan tersebut menguraikan pekerjaan timnya pada respons Covid-19 Meta dan kacamata pintar Ray-Ban Stories,yang melibatkan penandaan kemungkinan risiko dan efek privasi pada kelompok rentan.

Sissons mengatakan, analisis teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) yang telah diprioritaskan Meta, sebagian besar berlangsung tahun ini dan akan dibahas dalam laporan selanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement