Rabu 20 Jul 2022 06:34 WIB

Kuba Masih Alami Pemadaman Listrik, Belum Tahu Kapan Berakhir

Pemadam listrik merupakan faktor utama gejolak sosial di Kuba tahun lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Dalam file foto 11 Juli 2021 ini, polisi berpakaian preman menahan seorang pengunjuk rasa anti-pemerintah selama demonstrasi atas harga tinggi, kekurangan makanan dan pemadaman listrik, sementara beberapa juga menyerukan perubahan dalam pemerintahan, di Havana, Kuba. Sejak protes meletus 11 bulan lalu, pengadilan melaporkan bahwa 381 orang telah dijatuhi hukuman dan sanksi atas tindakan mereka.
Foto: AP Photo/Ramon Espinosa
Dalam file foto 11 Juli 2021 ini, polisi berpakaian preman menahan seorang pengunjuk rasa anti-pemerintah selama demonstrasi atas harga tinggi, kekurangan makanan dan pemadaman listrik, sementara beberapa juga menyerukan perubahan dalam pemerintahan, di Havana, Kuba. Sejak protes meletus 11 bulan lalu, pengadilan melaporkan bahwa 381 orang telah dijatuhi hukuman dan sanksi atas tindakan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Kuba yang kekurangan anggaran menyampaikan berita buruk pada warganya. Negara Amerika Latin itu mengatakan, belum ada tanda-tanda pemadam listrik yang mengganggu kehidupan masyarakat dapat segera teratasi.

Pemadam listrik merupakan faktor utama gejolak sosial di Kuba tahun lalu. Pemadaman masih berlanjut dalam beberapa bulan meski gerakan unjuk rasa sudah mereda.

Baca Juga

"Cadangan operasi pada sistem listrik kami tidak cukup memenuhi permintaan, dampaknya pada layanan tak terhindarkan," kata Menteri Energi dan Pertambangan Livan Arronte Cruz dalam diskusi mengenai pembangkit listrik negara di stasiun televisi, Senin (18/7/2022) pagi waktu setempat.

Menteri itu mengatakan kerusakan pada 20 pembangkit listrik yang  sudah usang. Ditambah lagi, kebakaran dua generator tahun lalu menghilangkan harapan pemadaman berakhir pada musim panas dan mungkin berlangsung hingga tahun depan. Kuba menunda memperbaiki pembangkit listriknya karena kekurangan anggaran.

Arronte mengatakan kenaikan harga bahan bakar menguras sumber daya dan hanya berdampak kecil pada pemadaman. Sebagaian besar mengganggu generator cadangan.

Kuba mengimpor 50 persen lebih bahan bakarnya sebagian besar dari Venezuela. Pembangkit listriknya sebagian besar membakar minyak mentah yang berat dan korosif. Hanya 5 persen listrik yang berasal dari sumber alternatif.

Pemadaman listrik di Havana setiap harinya dapat berlangsung hingga empat jam lebih. Berulang kali selama 24 jam.

Pemadaman listrik mencerminkan krisis ekonomi yang terjadi setelah Amerika Serikat memberlakukan sanksi-sanksi terbaru pada tahun 2019. Kemudian diperburuk oleh pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina.

Sanksi-sanksi dan kenaikan harga makanan, bahan bakar dan pengiriman menunjukkan ketergantungan Kuba pada impor dan kerentanan lainnya. Seperti menuanya infrastruktur negara itu.

Perekonomian Kuba pada tahun 2020 turun 10,9 persen, baru pulih 2 persen tahun lalu. Rakyat Kuba kekurangan makanan dan obat-obatan selama dua tahun terakhir.

Rakyat harus mengantri panjang untuk membeli kebutuhan yang langka dan mahal. Pemadaman listrik hanya menambah kesulitan dan rasa frustasi. Sejak bulan Oktober lalu lebih dari 150 ribu orang keluar dari negara itu, sebagian besar ke AS.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement