Selasa 26 Jul 2022 07:33 WIB

Sejarah Hari Ini: Mesir Rebut Terusan Suez dari Inggris dan Prancis

Mesir umumkan nasionalisasi Terusan Suez dari kekuasaan asing

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nashih Nashrullah
Terusan Suez (ilustrasi). Mesir umumkan nasionalisasi Terusan Suez dari kekuasaan asing
Foto: EPA-EFE/Stefani Reynolds
Terusan Suez (ilustrasi). Mesir umumkan nasionalisasi Terusan Suez dari kekuasaan asing

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Hari ini, bertepatan 26 Juli 1956 lalu, Presiden Mesir Kolonel Gamal Abdel Nasser mengumumkan nasionalisasi Perusahaan Terusan Suez untuk menyediakan dana bagi pembangunan Bendungan Tinggi Aswan. 

Pemerintah Inggris dan pemegang saham Prancis yang memiliki saham di Perusahaan Terusan Suez bereaksi dengan terkejut atas berita tersebut.

Baca Juga

Dalam pidato dua setengah jam yang disampaikan pada pertemuan publik di Alexandria, Presiden Nasser mengatakan Undang-Undang Nasionalisasi telah diterbitkan dalam lembaran resmi. 

Dia mengatakan semua aset perusahaan di Mesir telah dibekukan dan pemegang saham akan dibayar harga saham mereka sesuai dengan harga penutupan pada kala itu di Bursa Efek Paris. 

Seperti dilansir laman History, Selasa (26/7/2022), dalam sejarahnya Terusan Suez diselesaikan para insinyur Prancis pada 1869. Selama 87 tahun berikutnya, sebagian besar Terusan Suez tetap di bawah kendali Inggris dan Prancis, dan Eropa bergantung padanya sebagai rute pengiriman minyak yang murah dari Timur Tengah. 

Setelah Perang Dunia II, Mesir mendesak untuk mengevakuasi pasukan Inggris dari Zona Terusan Suez hingga pada Juli 1956 Presiden Nasser menasionalisasi terusan itu dan berharap untuk membebankan biaya tol yang akan membayar pembangunan bendungan besar di Sungai Nil. Sebagai tanggapan, Israel menginvasi pada akhir Oktober. 

Pasukan Inggris dan Prancis mendarat pada awal November menduduki zona kanal. Di bawah tekanan Soviet, AS, dan PBB, Inggris dan Prancis mundur pada Desember, dan pasukan Israel berangkat pada Maret 1957. Bulan itu, Mesir mengambil alih terusan dan membukanya kembali untuk pelayaran komersial. 

Sepuluh tahun kemudian, Mesir menutup kanal lagi setelah Perang Enam Hari dan pendudukan Israel di semenanjung Sinai. Selama delapan tahun berikutnya, Terusan Suez, yang memisahkan Sinai dari seluruh Mesir, ada sebagai garis depan antara tentara Mesir dan Israel. 

Pada 1975, Presiden Mesir Anwar el-Sadat membuka kembali Terusan Suez sebagai isyarat perdamaian setelah pembicaraan dengan Israel. Saat ini, rata-rata 50 kapal berlayar di kanal setiap hari, membawa lebih dari 300 juta ton barang per tahun.

 

 

Sumber: history   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement