Rabu 03 Aug 2022 08:53 WIB

Garuda Indonesia Berhasil Tekan Kerugian Hingga 42 Persen

Garuda tekan kerugian hingga 224,14 juta dolar AS atau turun 42 persen yoy.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Christiyaningsih
Pekerja membongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Garuda tekan kerugian hingga 224,14 juta dolar AS atau turun 42 persen yoy. Ilustrasi.
Foto: Antara/Ampelsa
Pekerja membongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Garuda tekan kerugian hingga 224,14 juta dolar AS atau turun 42 persen yoy. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus lakukan langkah strategis dalam mengoptimalkan cost structure dan restrukturisasi kinerja. Garuda Indonesia mencatat pada kuartal I 2022 secara grup mengalami penurunan realisasi rugi hingga 224,14 juta dolar AS atau turun 42 persen dibandingkan dengan kuartal I tahun 2021 sebesar 385,36 juta dolar AS. 

“Capaian tersebut berhasil diraih dengan adanya penurunan beban usaha perusahaan pada awal 2022 ini yang tercatat 526,34 juta dolar AS pada kuartal pertama di awal tahun ini,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Selasa (2/8/2022). 

Baca Juga

Dia menjelaskan, pembukuan beban usaha tersebut lebih rendah 25 persen dari catatan beban usaha tahun lalu sebesar 702,17 juta dolar AS. Selain itu, juga penurunan beban usaha tersebut terimplementasikan pada sejumlah lini beban, seperti biaya operasional penerbangan, pemeliharaan-perbaikan, umum-administrasi, beban bandara, pelayanan penumpang, operasional hotel, transportasi, dan jaringan.

Irfan menambahkan, pada periode tersebut Garuda Indonesia juga mencatatkan konsistensi pendapatan usaha yang berada di kisaran 350 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Raihan pendapatan usaha tersebut berasal dari segmen penerbangan berjadwal yang menjadi kontribusi terbesar dengan total mencapai 270,57 juta dolar AS disusul penerbangan tidak berjadwal dan lainnya masing-masing sebesar 24,07 juta dolar AS dan 55,50 juta dolar AS.

“Semakin terkendalinya pandemi dan yang juga berkontribusi pada peningkatan mobilisasi masyarakat serta pembukaan penerbangan antarnegara tentunya menjadi sinyal positif untuk mengakselerasikan langkah pemulihan kinerja yang terus dioptimalkan oleh perusahaan,” tutur Irfan. 

Dia yakin dengan strategi dan business plan yang terus didiskusikan secara intensif dapat memberikan dampak yang positif. Begitu juga dari mempertimbangkan kondisi aktivitas perjalanan masyarakat khususnya melalui transportasi udara yang semakin menunjukkan tren positif. 

“Beban kewajiban perusahaan yang turun signifikan melalui proses PKPU ini diharapkan dapat mendorong akselerasi pemulihan kinerja perusahaan sekaligus mewujudkan maskapai Garuda Indonesia sebagai bisnis yang simple dan profitable,” ucap Irfan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement