Jumat 05 Aug 2022 13:48 WIB

Ekspor RI Tumbuh Pesat 19,74 Persen Sepanjang Kuartal II 2022

Ekspor RI tumbuh karena memperoleh windfall dari kenaikan harga komoditas.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia tumbuh signifikan hingga 19,74 persen year on year (yoy) sepanjang kuartal II 2022.
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia tumbuh signifikan hingga 19,74 persen year on year (yoy) sepanjang kuartal II 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia tumbuh signifikan hingga 19,74 persen year on year (yoy) sepanjang kuartal II 2022. Pertumbuhan ekspor yang melesat terdorong oleh lonjakan harga komoditas yang menguntungkan Indonesia.

Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan, pertumbuhan ekspor merupakan yang tertinggi dari enam sektor pengeluaran penyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional kuartal II 2022 yang mencapai 5,44 persen

Baca Juga

"Ekspor kita bisa tumbuh hingga 19,74 persen karena memperoleh windfall dari kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia, sehingga kita mendapatkan keuntungan," kata Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (5/8/2022).

Adapun, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 24,68 persen, terbesar ketiga setelah konsumsi rumah tangga yang sebesar 51,47 persen dan investasi sebesar 27,31 persen.  

Tercatat, sepanjang kuartal II 2022 lalu, neraca dagang pun mengalami surplus hingga 15,55 miliar dolar AS akibat pertumbuhan ekspor yang jauh lebih tinggi dari impor.

Capaian surplus dagang tersebut, menurut BPS naik 67,85 persen dibandingkan kuartal I 2022 atau naik 148 persen dari posisi kuartal II tahun 2021 lalu.

Seiring dengan kinerja ekspor yang pesat, Bank Indonesia pun mencatat angka prompt manufacturing index (PMI) manufaktur mencapai 53,61 persen. Indeks PMI yang berada di atas 50 mencerminkan kondisi industri manufaktur dalam tahap ekspansi.

Di satu sisi, impor bahan baku dan barang modal juga tumbuh pesat masing-masing tumbuh 27,69 persen dan 21,34 persen. Secara umum, tingginya impor kedua jenis barang tersebut menunjukkan geliat industri manufaktur yang membutuhkan bahan baku untuk kebutuhan produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement