Sabtu 06 Aug 2022 14:58 WIB

Peringatan Pemboman Hiroshima Soroti Ancaman Nuklir Masa Kini

Perdamaian bergantung pada pencegahan nuklir mendapatkan momentum.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pidato dalam upacara peringatan 77 tahun pemboman atom 6 Agustus di kota itu, di Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima di Hiroshima, Jepang barat Sabtu, 6 Agustus 2022.
Foto: Kenzaburo Fukuhara/Kyodo News via AP
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pidato dalam upacara peringatan 77 tahun pemboman atom 6 Agustus di kota itu, di Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima di Hiroshima, Jepang barat Sabtu, 6 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Lonceng berdentang di Hiroshima ketika kota itu menandai peringatan ke-77 pemboman atom pertama di dunia pada Sabtu (6/8/2022). Momen kali ini pun menjadi peringatan tentang perlombaan senjata baru yang bisa membahayakan kestabilan dunia.

Saat jangkrik melengking di udara musim panas yang berat, Lonceng Perdamaian berbunyi dan kerumunan, termasuk Perdana Menteri Fumio Kishida yang berasal dari Hiroshima, mengheningkan cipta pada saat yang tepat ketika bom meledak.

Baca Juga

Kishida meminta dunia untuk meninggalkan senjata nuklir. "Kami akan terus menuju ideal perlucutan senjata nuklir bahkan dengan lingkungan keamanan yang sulit saat ini," katanya.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres yang bergabung dengan ribuan orang di Taman Perdamaian pun setuju dengan Kishida. "Senjata nuklir adalah omong kosong. Mereka tidak menjamin keselamatan, hanya kematian dan kehancuran," katanya.

"Tiga perempat abad kemudian, kita harus bertanya apa yang telah kita pelajari dari awan jamur yang membengkak di atas kota ini pada tahun 1945," ujarnya selaku Sekretaris Jenderal PBB yang baru dua kali ambil bagian dalam upacara tahunan tersebut.

Guterres menghindari penyebutan langsung Rusia dalam kasus ancaman serangan nuklir. Namun Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui memutuskan agar kotanya tahun ini tidak mengundang duta besar Rusia ke upacara tersebut.

Matsui juga lebih tajam dan kritis terhadap tindakan militer Rusia di Ukraina. "Dalam menginvasi Ukraina, pemimpin Rusia, yang dipilih untuk melindungi kehidupan dan harta benda rakyatnya, menggunakan mereka sebagai alat perang, mencuri nyawa dan mata pencaharian warga sipil di negara lain," katanya.

Menurut Matsui, di seluruh dunia, gagasan bahwa perdamaian bergantung pada pencegahan nuklir mendapatkan momentum. "Kesalahan ini mengkhianati tekad manusia, lahir dari pengalaman perang kita, untuk mencapai dunia damai yang bebas dari senjata nuklir. Menerima status quo dan meninggalkan cita-cita perdamaian yang dipertahankan tanpa kekuatan militer sama dengan mengancam kelangsungan hidup umat manusia," katanya.

"Pada awal tahun ini, lima negara pemilik senjata nuklir mengeluarkan pernyataan bersama: 'Perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperjuangkan,'" ujar Matsui.

"Mengapa mereka tidak berusaha memenuhi janji mereka? Mengapa beberapa bahkan mengisyaratkan penggunaan senjata nuklir?" katanya.

Tanggal 6 Agustus 1945 pukul 08.15 waktu setempat, pesawat tempur B-29 AS Enola Gay menjatuhkan bom yang dijuluki "Anak Kecil" dan melenyapkan Hiroshima dengan perkiraan populasi sebanyak 350.000 orang. Diperkirakan 140.000 orang meninggal dunia akibat serangan tersebut.

Bencana Hiroshima diikuti oleh bom atom militer AS di Nagasaki pada 9 Agustus, yang langsung menewaskan lebih dari 75.000 orang. Jepang menyerah enam hari kemudian, mengakhiri Perang Dunia II. 

sumber : Reut
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement