Kamis 11 Aug 2022 20:46 WIB

Sampah Kota Bandung Meningkat 25 Persen, 70 Persennya Limbah Rumah Tangga

Per harinya 1.600 ton sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti

Rep: dea alvi soraya/ Red: Hiru Muhammad
Relawan memungut sampah di sekitar Sungai Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, Ahad (5/6/2022). Kegiatan tersebut sebagai upaya menjaga kebersihan Sungai Cikapundung yang membelah Kota Bandung agar tidak terjadi dampak kerusakan lingkungan serta bencana alam.
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Relawan memungut sampah di sekitar Sungai Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, Ahad (5/6/2022). Kegiatan tersebut sebagai upaya menjaga kebersihan Sungai Cikapundung yang membelah Kota Bandung agar tidak terjadi dampak kerusakan lingkungan serta bencana alam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG—Persoalan sampah telah menjadi fokus utama yang menjadi perhatian Pemerintah Kota Bandung. Seiring bertambahnya penduduk Kota Bandung yang mencapai sekitar 1,5 persen per tahun, timbunan sampah juga terus menggunung. Per harinya, sebanyak 1.600 ton sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, jumlah ini meningkat tajam dibanding tahun 2019 dan 2020 yang hanya berkisar 1200-1300 ton sampah per hari. 

Wali Kota Bandung Yana Mulyana, yang diwakili Asisten Daerah (Asda) 2 Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung Erick M Ataurik, mengatakan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung 2018-2023 tentang pengelolaan sampah rumah tangga, Pemerintah Kota Bandung menargetkan pengurangan sampah sebesar 22 persen, yang kini baru terealisasi sebesar 16 persen saja. 

Baca Juga

“Saya memiliki keinginan agar program Kang Pisman, akronim dari Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan, yang sudah dilaksanakan sejak 2015 lalu ini bisa semakin dimasifkan, sehingga menjadi sebuah gerakan masyarakat,”ujar Erick saat menggantikan Wali Kota Bandung dalam peresmian Sekolah Kang Pisman dan BSI (Bank Sampah Induk) GO Kota Bandung di Bojong Loa Kidul, Kota Bandung, Kamis (11/8/2022). 

Sekolah Kang Pisman, kata dia, diharapkan dapat menjadi pusat pelatihan dan edukasi bagi anak, keluarga, dan masyarakat sekitar tentang pengurangan, pengolahan, dan pemanfaatan sampah melalui menerapan gerakan 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Gerakan Kang Pisman, sambung Erick, juga perlu dimasifkan, mengingat 70 persen sampah di Kota Bandung berasal dari limbah rumah tangga.  

“70 persen sampah kota bandung berasal dari kegiatan rumah tangga, karena itu pendekatan pengolahan sampah harus dilakukan dari sumbernya dengan membangun kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3R,” kata Erick. 

Dia berharap Sekolah Kang Pisman akan melahirkan kader-kader yang dapat menggerakkan masyarakat untuk mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan, dan mendaur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat. Menurutnya, dengan adanya program BSI GO, dapat mempermudahan warga untuk menabung sampah tanpa harus mendatangi bank sampah induk kota bandung. 

“Nantinya BSI yang akan turun menjemput bola ke masyarakat, ini merupakan terobosan yang bagus karena memberikan kemudahan bagi masyrakat untuk menabung sampah. Semua inovasi tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat semakin terlibat dalam proses pengolahan sampah, katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement