Rabu 17 Aug 2022 23:46 WIB

Pesantren Punya Sumbangsih Besar dalam Meraih Kemerdekaan 

Pesantren ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Ilustrasi pesantren. Pesantren ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Foto: EPA/Fully Handoyo
Ilustrasi pesantren. Pesantren ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Segenap rakyat Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia. 

HUT kemerdekaan Indonesia selalu menjadi pengingat masa lalu, mengenai perjuangan para pahlawan sekaligus pencapaian dan proyeksi masa depan Indonesia.  

Baca Juga

“Kemerdekaan ini lahir dari upaya yang gigih dari para pejuang bangsa. Kita wajib bersyukur dengan perjuangan mereka, sehingga negara Indonesia ini eksis. Namun persoalan-persoalan kebangsaan akan tetap ada sesuai dinamika zaman,” ungkap Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia KH Chriswanto Santoso saat ditemui di Kantor DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Jakarta, pada Rabu (17/8/2022). 

Dia menggarisbawahi bahwa pondok pesantren beberapa kali turut terlibat langsung dalam menghadapi masalah yang dihadapi bangsa. Bahkan, pondok pesantren tidak pernah absen dalam perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman kolonial.  

 

“Kita lihat sejarahnya, ketika menghadapi penjajahan, pondok-pondok pesantren mengirimkan ribuan santrinya ke medan perang,” kata dia.   

Begitu pula, menurut dia, saat bangsa ini menghadapi komunisme,  maka pesantren menjadi salah satu basis perlawanan. Begitupun di saat bangsa ini menghadapi Covid-19, pondok-pondok pesantren menyiapkan fasilitasnya untuk melakukan vaksinasi. Pondok selalu hadir dalam pentas bangsa. 

Menurut Chriswanto, di abad internet ini persoalan kebangsaan terus mendapat tantangan. Bila dahulu kala, rempah membawa penjajahan Indonesia ke Eropa.

 “Kini masalah perebutan sumberdaya, dan Indonesia sebagai negara berpenduduk besar merupakan pasar yang menjanjikan bagi produk-produk asing,” imbuhnya. 

Dia mengatakan, globalisasi menempatkan Indonesia sebagai tujuan pengaruh berbagai ideologi. Setiap ideologi, menurutnya melahirkan radikalisme. 

“Bukan hanya Islam, agama-agama lainnya juga mengalami masalah dengan radikalisme. Bahkan liberalisme yang radikal menghasilkan LGBT hingga hedonisme berupa pemujaan terhadap duniawi,” ungkap dia. 

Persoalannya, Indonesia dengan mayoritas umat Islam, maka radikalisme kerap dilekatkan kepada umat Islam saja.  

Untuk itu, umat Islam di Indonesia harus terus-menerus menunjukkan kontribusi besar terhadap pembangunan. 

“Ingat sejak Perang Diponegoro, era pergerakan, hingga perang kemerdekaan, umat Islam dan kalangan pesantren berkontribusi besar dalam memerdekakan Indonesia,” imbuhnya.  

Untuk terus menjaga nilai-nilai kebangsaan di lingkungan pondok-pondok pesantren di bawah naungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia, DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia mengadakan berbagai seminar kebangsaan. 

“Bahkan setiap 17 Agustus, pondok-pondok pesantren di lingkungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia menggelar upacara bendera. Sepanjang Agustus para santri mengikuti acara yang diadakan di lingkungan pondok,” imbuhnya. 

Penanaman nilai-nilai kebangsaan tak sebatas acara-acara yang bersifat seremonial, wawasan kebangsaan tersebut diajarkan kepada para penyelenggara pendidikan. 

DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia menggelar Sekolah Pamong Indonesia (SPI), untuk mengedukasi para pengurus yayasan, para guru sekolah dan pesantren, pamong, hingga petugas keamanan dan kebersihan. 

“Pemikirannya, jangan hanya santri dan siswa yang diberi wawasan kebangsaan, sementara penyelenggara dan mereka yang terlibat dalam lembaga pendidikan tidak disentuh. Justru makin rawan bila radikalisme meyusup kepada penyelenggara pendidikan,” kata dia.  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement