Senin 22 Aug 2022 16:43 WIB

Genose C19 Dipublikasi Dua Jurnal Internasional

Pengerjaan dua publikasi ini tidak dikerjakan dalam waktu sebentar.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Konferensi pers terkait publikasi ilmiah Genose C19 di kampus UGM Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana
Konferensi pers terkait publikasi ilmiah Genose C19 di kampus UGM Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mempublikasikan data riset Genose C19 sebagai skrining Covid-19 di dua jurnal internasional bereputasi (Q1) pada Agustus 2022. Ada Artificial Intelligence in Medicine (AIIM) dan Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine.

 

Inventor Genose C19, Prof Kuwat Triyana mengatakan, tim telah mempublikasikan sebagian data riset Genose C19 sebagai bagian pertanggung jawaban ilmiah riset hilirisasi. Yang mana, implementasi Genose C19 sebagai alat skrining Covid-19.

Dua publikasi tersebut merupakan tahap awal dari keseluruhan data yang saat ini dalam proses penyelesaian penulisan manuskrip. Yang mana, terkait data hasil uji klinis multisenter dan uji validasi eksternal yang melibatkan multi institusi.

Data riset Genose C19 terpublikasi di AIIM. Jurnal Q1 dengan impact factor 7,011 berjudul Hybrid Learning Method Based on Feature Clustering and Scoring for Enhanced Covid-19 Breath Analysis by an Electronic Nose, terbit pada Mei 2022.

Sedangkan, dalam NPJ Digital Medicine, yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 15,357. Dengan judul Fast and Noninvasive Electronic Nose for Sniffing out Covid-19 Based on Exhaled Breath-print Recognition, terbit Agustus 2022.

"Diterimanya publikasi hasil riset GeNose menunjukkan konsep sensing infeksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) nafas berbasis big data dan artificial intelligence dapat diterima dalam aplikasi klinisnya," kata Kuwat, Senin (22/8/2022).

Dengan ini, pemanfaatan AI dan TI menjadi revolusi memanajemen penyakit infeksi maupun non-infeksi. Semua data yang dikumpulkan dari pasien dengan metode akan terstandarisasi sumber biomarker baru yang valid, reproducible, dan terjangkau.

Perlu pengujian dan pengembangan database dan algoritma meningkatkan performa diagnostik. Learning berbasis hybrid dibahas di skrip pertama, proses pengujian dan hasil validasi akan diterbitkan jurnal internasional bereputasi selanjutnya.

Saat ini, Kuwat menekankan, Genose C19 memang sudah tidak diproduksi lagi. Tapi, mereka akan terus melakukan pengembangan AI selain deteksi Covid-19, ke depannya dikembangkan jadi alat diagnostik penyakit lain seperti serviks, TB, dan lainnya.

"Beberapa mesin Genose C19 yang merupakan mesin cadangan saat ini menjalani uji profiling yang segera dilanjutkan untuk uji diagnostik secara non-invasif untuk deteksi kanker serviks, TB, sepsis, dan jenis bakteri di ulkus diabetikum," ujar Kuwat.

Peneliti Genose lain, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menekankan, Genose tahun lalu sudah digunakan luas. Pemanfaatan memakai skema emergency use authorization (EUA) sebagai bagian hilirisasi dan tindakan cepat kendalikan penyebaran Covid-19.

Pengerjaan dua publikasi ini tidak dikerjakan dalam waktu sebentar. Pengumpulan data dan penulisan dilakukan sejak 2020, submisi dilakukan sejak patent granted 2021 dan setelah revisi dan diskusi intensif dengan reviewer, manuskrip diterima.

"Bisa dibayangkan jika Genose C19 saat itu mengikuti alur hilirisasi normal, selain pemanfaatan baru akan keluar pada 2022 di mana kasus sudah tidak dominan sehingga hilirisasi tidak tepat waktu," kata Dian.

Saat ini, Genose C19 dalam proses perpanjangan izin edar, mengepakkan sayap ke Malaysia, Singapura, Jepang, dan Kamboja. Juga dilakukan update berkala piranti lunak Genose C19 versi 1.4.2 yang telah memiliki database Omicron, B.A.3 dan B.A 5.

Rektor UGM, Prof Ova Emilia menambahkan, Genose C19 dalam jurnal bereputasi ini menunjukkan pengakuan dunia metode identifikasi infeksi dengan metode volatile dapat diterima. Memperlihatkan pergeseran paradigma dalam identifikasi infeksi.

"Dulu identifikasi dari hewan, sekarang dilihat dari gejala dapat diidentifikasi dengan konsep data yang banyak sehingga terkumpul pola-pola yang mengarah kepada penyakit tertentu," ujar Ova.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement