Rabu 24 Aug 2022 21:55 WIB

Kemenlu Gelar Lokakarya Pengelolaan Potensi Konflik di LCS

Lokakarya tersebut bertujuan mengeksplorasi potensi kerja sama di Laut China Selatan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Laut China Selatan. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menggelar 31st Workshop on Managing Conflicts in the South China Sea (WMCSCS)
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Laut China Selatan. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menggelar 31st Workshop on Managing Conflicts in the South China Sea (WMCSCS)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menggelar 31st Workshop on Managing Conflicts in the South China Sea (WMCSCS) secara hibrida, Rabu (24/8/2022). Lokakarya tersebut bertujuan mengeksplorasi potensi kerja sama di Laut China Selatan (LCS).

Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Kemenlu Yayan G.H. Mulyana mengungkapkan, sejak digelar pertama kali, WMCSCS telah menjadi forum berharga. Pertukaran informasi dan pengalaman terjadi secara transparan guna mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kerja sama di LCS. “Lokakarya ini telah menghasilkan capaian yang positif dan nyata,” ucap Yayan dalam pembukaan WMCSCS.

Dia mengungkapkan, dari sorotan sebelumnya, terdapat tiga kategori luas bidang kerja sama. Pertama adalah iklim dan lingkungan, yang didalamnya mencakup kerja sama untuk mengatasi pencemaran laut, mempromosikan perlindungan dan konservasi laut, serta pemantauan perubahan permukaan dan pasang surut air laut.

Kedua adalah ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai karya penelitian ilmiah kelautan serta kerja sama teknologi informasi kelautan. Terakhir, ekonomi dan pembangunan yang meliputi pengkajian stok perikanan, pengembangan pulau berkelanjutan, dan geowisata.

Yayan mengungkapkan, agenda WMCSCS tahun ini antara mendengar laporan lokakarya sebelumnya, berbagi pengalaman, dan mendiskusikan tentang ide kolaborasi untuk masa depan. Dia memiliki dua pesan, kolaborasi dan kerja sama antara para peserta harus ditingkatkan guna mengatasi tantangan yang dihadapi bersama. “Wilayah LCS jelas tidak kebal terhadap perubahan iklim dan dampak buruknya, seperti naiknya permukaan laut dan dampaknya terhadap masyarakat pesisir,” ucapnya.

Yayan menyebut, banyak kota pesisir di Asia yang menghadapi risiko kenaikan permukaan laut ekstrem. “Untuk mengatasi masalah ini dengan benar, kita perlu memahami bahwa kita berada di kapal yang sama dan harus bekerja sama untuk mengubah masa depan yang lebih baik,” katanya.

Pesan kedua yang disampaikan Yayan adalah bahwa kebiasaan berdialog dan kolaborasi harus dipupuk di antara para peserta. Hal itu guna membuka jalan bagi generasi mendatang. “Dengan perubahan lanskap sosial dan politik yang cepat, cara terbaik untuk mencegah potensi konflik adalah melalui dialog serta komunikasi yang konstan dan berkelanjutan, yang melaluinya kita dapat menciptakan solusi bersama yang layak,” ucap Yayan.

Meski masih digelar hibrida, Yayan yakin WMCSCS akan terus menjadi platform penting untuk menghasilkan ide-ide kolaboratif dan inisiatif program. “WMCSCS juga akan menjadi kekuatan kolaboratif dalam menghadapi tantangan saat ini dan masa depan yang kita hadapi, serta membuka jalan ke depan bagi semua orang untuk membangun kemitraan yang lebih kuat dan langgeng di kawasan LCS,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement