Kamis 25 Aug 2022 21:49 WIB

Kuartal II 2022, Laba Bersih BSI Naik 41,31 Persen Jadi Rp 2,13 Triliun

Kinerja solid BSI Kuartal II 2022 dipengaruhi kemampuan perseroan jaga rasio keuangan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi (tengah) didampingi Direktur Information Technology Achmad Syafii (kiri), dan Direktur Finance & Strategy Ade Cahyo Nugroho memaparkan kinerja BSI kuartal II/2022 di Jakarta, Kamis (25/8/2022). BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang signifikan dan berkualitas dengan membukukan laba bersih mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen year on year (yoy) pada kuartal II/2022.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi (tengah) didampingi Direktur Information Technology Achmad Syafii (kiri), dan Direktur Finance & Strategy Ade Cahyo Nugroho memaparkan kinerja BSI kuartal II/2022 di Jakarta, Kamis (25/8/2022). BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang signifikan dan berkualitas dengan membukukan laba bersih mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen year on year (yoy) pada kuartal II/2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan laba bersih sebesar Rp 2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen (yoy) pada kuartal II 2022. Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, kinerja BSI yang solid pada pertengahan tahun ini dipengaruhi oleh kemampuan perseroan menjaga keseimbangan seluruh rasio keuangan.

"Hal tersebut mendukung profitabilitas BSI terus meningkat, dengan laba bersih tumbuh double digit menjadi Rp2,13 triliun per Juni 2022," katanya dalam Paparan Kinerja BSI Kuartal II 2022, Kamis (25/8).

Hery mengatakan, BSI optimistis dapat mencapai target yang diharapkan pada akhir tahun dengan dukungan berbagai pihak. Menurutnya, berbagai aksi korporasi yang akan dilakukan pada tengah tahun ini juga menjadi salah satu strategi untuk menguatkan BSI dari sisi aspek permodalan.

Menurutnya, proyeksi pertumbuhan laba akan bertahan di sekitar 30-35 persen (yoy) di akhir 2022, sementara indikator lain konsisten di dua digit. Berbagai faktor pendorongnya adalah peningkatan margin aset, ekspansi pembiayaan yang sehat dan sustain dengan target pertumbuhan di atas 19 persen.

BSI juga akan memperbaiki kualitas pembiayaan dengan target NPF ke 2,75 persen. Dana murah juga terus digenjot jadi strategi dengan mengedepankan inisiatif untuk tabungan wadiah kedepannya.

"CASA ratio kita sudah hampir 60 persen, ini the highest dibandingkan kita sebelum-sebelumnya, mudah-mudahan bisa terus ditingkatkan," katanya.

Strategi selanjutnya juga akan optimalisasi fee based income (FBI) melalui bisnis digital. Salah satu potensi dari bisnis gadai yang portofolionya saat ini sudah mencapai Rp 50 triliun dengan NPF hampir nol persen.

Selain itu, untuk meningkatkan FBI juga dari bisnis treasury misal jual beli surat berharga. Diharapkan FBI tahun ini bisa tumbuh di atas 20 persen.

Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho menambahkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) kuartal II 2022 mencapai Rp 244,66 triliun, tumbuh 13,07 persen (yoy). Proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito.

"Kepercayaan masyarakat terhadap tabungan BSI menghantarkan tabungan BSI berada pada posisi Top 5 industri perbankan nasional," katanya.

Tabungan wadiah menjadi salah satu produk yang diminati masyarakat karena bebas biaya administrasi bulanan. Pendanaan ini membuat BSI dapat terus meningkatkan dana murah atau CASA hingga mencapai 59,42 persen.

Ini membuat biaya dana BSI atau cost of fund terus turun menjadi 1,57 persen dari 2,14 persen (yoy). Cost of Financing juga terus mengalami penurunan menjadi 2,04 persen dari tahun sebelumnya 2,71 persen, sehingga pembiayaan BSI jadi lebih kompetitif di pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement