Jumat 26 Aug 2022 23:10 WIB

OKI Serukan Masyarakat Internasional untuk Bantu Rohingnya

Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya membutuhkan uluran negara Islam

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Pengungsi Rohingya (ilustrasi), Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya membutuhkan uluran negara Islam
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Pengungsi Rohingya (ilustrasi), Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya membutuhkan uluran negara Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH–Sekretariat Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menegaskan kembali dukungan kuatnya untuk orang-orang Rohingya. 

OKI menyerukan kepada masyarakat internasional untuk berdiri teguh dengan mereka dalam penderitaan mereka, dan untuk berupaya penuh untuk melindungi hak mereka, termasuk hak kewarganegaraan penuh.

Baca Juga

Dilansir dari Riyadh Daily, Jumat (26/8/2022), organisasi itu meminta setiap pihak untuk memastikan kondisi yang aman bagi pemulangan pengungsi Rohingnya yang bermartabat, dan berkelanjutan. Sesuatu yang diinginkan para pengungsi dan belum teralisasi hingga kini.

OKI kemudian memberikan penghormatan kepada Pemerintah dan rakyat Bangladesh atas upaya tanpa henti mereka untuk memberikan perlindungan, keramahan, dan bantuan yang diperlukan bagi para pengungsi Rohingya. 

 

Mereka tinggal di Bangladesh selama lima tahun terakhir. Bangladesh dinilai menghargai dukungan internasional, termasuk oleh negara-negara anggota OKI, untuk tujuan para pengungsi ini.

Sekretariat Jenderal OKI mengungkapkan harapan bahwa keputusan Mahkamah Internasional baru-baru ini menolak keberatan awal Myanmar akan berkontribusi untuk memobilisasi momentum yang diperlukan untuk tindakan internasional yang efektif.

Hal ini akan memberikan lebih banyak dukungan bagi orang-orang Rohingya. Hal ini bertujuan agar pengungsi mendapatkan kepastian solusi atas penderitaan yang dialami selama ini.

Ratusan ribu pengungsi Rohingya pada Kamis (25/8/2022) menandai peringatan lima tahun eksodus mereka dari Myanmar ke Bangladesh. Bangladesh menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar selama beberapa dekade. 

Termasuk sekitar 740 ribu orang yang melintasi perbatasan pada Agustus 2017 setelah militer Myanmar melancarkan “operasi pembersihan”, menyusul serangan oleh kelompok pemberontak. 

Situasi keamanan di Myanmar telah memburuk sejak kudeta militer tahun lalu, dan upaya untuk memulangkan kembali warga Rohingnya tidak mencapai hasil.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement