Rabu 31 Aug 2022 06:01 WIB

Program Musim Panas Ithra Saudi Tampilkan Ide Visioner Generasi Muda

Program Musim Panas Ithra Saudi Tampilkan Ide Visioner Generasi Muda.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah pemuda, kalangan milenial, di Arab Saudi
Foto: Dok. Sg
Sejumlah pemuda, kalangan milenial, di Arab Saudi

IHRAM.CO.ID,DHAHRAN -- Kerajaan Arab Saudi menggelar Program Musim Panas pemuda perdana. Hal ini diadakan di Pusat Kebudayaan Dunia Raja Abdulaziz (Ithra) di Dhahran.

Untuk pertama kalinya, Ithra menawarkan kesempatan kepada remaja dari Provinsi Timur untuk bergabung dalam program ini. Mereka berupaya menampilkan proyek asli tentang interpretasi budaya dan menerima umpan balik dari ahli.

Baca Juga

Dimulai sejak tanggal 8 dan berakhir 26 Agustus lalu, 17 remaja berbakat yang berbasis di Sharqiyya berusia antara 13 dan 18 tahun, memiliki waktu tiga minggu untuk memperdalam diri dalam persembahan budaya di Ithra. Mereka berusaha menciptakan konsep inovatif, sebelum menyajikannya kepada pengunjung pada malam penutupan.

Dilansir di Arab News, Senin (29/8/2022), inisiatif ini adalah cara Ithra memperluas sumber dayanya, memungkinkan generasi baru pemikir dan pemimpi menggunakan liburan musim panas mereka secara produktif.

Setiap remaja dipersilahkan berdiri di samping proyek mereka pada malam penutupan. Selanjutnya, mereka akan berbicara kepada penonton yang penasaran tentang konsep mereka, yang dicetak dalam bahasa Inggris dan Arab. Adapun ide proyek bervariasi seluas pemikiran remaja itu sendiri.

Sebagian besar memilih proyek yang berarti bagi mereka secara pribadi. Athba Al-Qahtani, contohnya, mencoba menjelajahi tempat tinggal leluhurnya, dalam upaya penghormatan pada tembok urban desa Khumrah di selatan Kerajaan, dalam proyeknya berjudul “Uninterrupted Voices".

Peserta lain, Ghassan Al-Salom, berfokus pada lautan untuk rencana filmnya berjudul "Pearl". Setiap proyek ini bersifat pribadi, tetapi juga mencoba melihat aspek budaya Saudi yang lebih luas.

Proyek milik Layan Al-Sunaid, yang berusia lima belas tahun, membuat rencana karya berjudul "The Past Art". Hal ini dibuat menggunakan Sadu tradisional, jenis bordir dalam bentuk geometris untuk memodernisasi benda sehari-hari, seperti cermin atau abaya.

Ia terinspirasi oleh warna Sadu, yang biasanya menonjol di wilayah tengah. Secara manual, hal ini menambahkan sedikit kristal mengkilap untuk menampilkan sedikit kemewahan pada kain sederhana.

"Sadu adalah masa lalu dari budaya kami, itu yang paling populer di Najd. Meskipun bukan dari sana keluarga saya berasal, saya orang Saudi, namun saya bangga. Warna yang paling populer adalah merah, oranye, hijau dan putih dan hitam," ucap dia.

Kerajinan ini disebut membantu orang di masa lalu untuk membuat pakaian dan bantal, serta banyak hal lain. Hasil produk ini tahan lama, tetapi tetap lembut. Ia pun menyebut mendapat inspirasi dari Ithra dan berharap bisasegera menjual beberapa di antaranya.

Dia berkolaborasi dengan penjahit dan tukang kayu yang berbeda untuk proyeknya. Program ini juga membantunya dengan cara yang berbeda, seperti mengelola kecemasan sosialnya, memerangi keraguan diri, serta mengatasi apa yang dia sebut sebagai kemalasan.

Selama enam jam sehari, para peserta menjadikan Ithra sebagai taman bermain pendidikan pribadi mereka.  Mereka memiliki akses ke sumber daya, perpustakaan, mentor dan satu sama lain.

Peserta lain, Aya Al-Ramadhan dari Qatif, mengambil kuas digitalnya dan mulai menggambar selama pandemi.  Baginya, iPad adalah alat yang memungkinkannya untuk menuju terobosan kehidupan, seni dan lukisan.

Hal ini juga memberinya kesempatan untuk menggunakan perangkat elektronik dan menghasilkan gambar yang dapat dinikmati dan dibagikan.

Pengalaman Ithra disebut memperkaya pengalamannya, karena memungkinkan dia berbaur dengan pikiran kreatif lainnya dan memungkinkan dia untuk tumbuh sebagai pribadi dan seniman.

 

 

“Pada dasarnya, setiap wajah ini baru bagi saya. Hampir tidak ada orang yang tinggal di daerah saya, jadi saya sangat gugup. Bertemu orang baru memang menarik," katanya.

Kamp tersebut berjalan dengan menggunakan bahasa Arab. Namun, ia mengalami sedikit kesulitan kebiasaannya berbicara dalam bahasa Inggris daripada bahasa Arab. Terlepas dari tantangan itu, ia tetap mengerti apa yang dibicarakan oleh yang lain.

Dari 17 peserta ini, hanya empat yang dipilih untuk menerima bimbingan selama setahun untuk proyek mereka.

"Vine" karya Reman Al-Mulla mwnjadi salah satu dari empat besar karya yang terpilih. Proyeknya lahir saat berjalan di sekitar tempat parkir Ithra.

Ia pun memutuskan dapat membantu menemukan cara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan menggunakan elemen alam dan mengembangkan apa yang sudah ada.

Dia menggunakan potongan lego untuk membuat replika, yang mana dia berharap akhirnya dapat berkembang. Al-Mulla mengandalkan Ithra untuk mengadopsi idenya dan dia ingin menjadi bagian dari proses itu.  

Sumber;

https://www.arabnews.com/node/2151311/saudi-arabia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement