Rabu 31 Aug 2022 14:40 WIB

Kemdikbudristek: Festival Lek Anak Negeri Ajarkan Hormati Alam

Ini ajang tradisi masyarakat Bungo, Jambi yang berhubungan dengan ritual keagamaan.

 Warga sedang mengikuti Festival Lek Anak Negeri 2022, salah satu tradisi yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Bungo yaitu Ngago Lubuk Larangan.
Foto: Istimewa
Warga sedang mengikuti Festival Lek Anak Negeri 2022, salah satu tradisi yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Bungo yaitu Ngago Lubuk Larangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek dan Pemerintah Kabupaten Bungo, Jambi, menyelenggarakan Festival Lek Anak Negeri guna mengedukasi masyarakat mengenai cara memperlakukan alam. Hal ini dimaksudkan agar kemajuan zaman tak membuat masyarakat setempat melupakan nilai-nilai leluhur. 

Festival Lek Anak Negeri merupakan ajang tradisi masyarakat Bungo yang berhubungan dengan ritual keagamaan. Seperti di antaranya doa tolak balak, syukuran, maupun pencabutan sumpah. Dalam Festival Lek Anak Negeri 2022 digelar salah satu tradisi yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Bungo yaitu Ngago Lubuk Larangan. Ini menampilkan ritual menghanyutkan rakit batang pisang dari ulu sampai ke tengah lubuk oleh tali tiga  Sapilin.

Baca Juga

Direktur Perfilman Musik, dan Media Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan, festival ini mengandung makna untuk menghidupkan warisan leluhur yang bersinggungan dengan pertanahan, pertanian, serta perikanan. Mahendra berharap lewat festival ini, masyarakat dapat terus merawat peninggalan adat istiadat agar tidak dilupakan.

"Sasarannya untuk mempertahankan budaya dan kearifan lokal Kabupaten Bungo dari mulai adat istiadat, seni tradisi, sastra lisan, dan upacara adat di lingkungan masyarakat," kata Mahendra dalam keterangan pers pada Rabu (31/8/2022).

Mahendra mencontohkan tradisi Ngago Lubuk Larangan sebagai adat istiadat yang menjadi transfer pengetahuan budaya ke generasi muda tentang ritual agama yang selama ini dilakukan para leluhur Kabupaten Bungo.

"Ada unsur memperkenalkan lagi rangkaian budaya adat lama diantaranya Ngago Lubuk Larangan dan pesta-pesta desa yang selama ini terasa sudah mulai tersingkirkan akibat kemajuan zaman," ucap Mahendra.

Sementara itu, Bupati Bungo Mashuri mengemukakan, Festival Lek Anak Negeri tak hanya sekadar seremonial kegiatan budaya saja oleh masyarakat. Menurutnya, kegiatan itu memiliki tujuan penting untuk masyarakat, terutama di Kabupaten Bungo.

"Ini supaya mempunyai perspektif bahwa lingkungan tempat keberadaan warisan budaya serta para masyarakat yang menghuninya adalah kesatuan ekosistem dan saling memengaruhi sehingga mempunya pilihan dampak ke depannya," ujar Mashuri.

Hal lainnya, Mashuri menuturkan, berbagai tradisi adat yang ditampilkan pada Festival Lek Anak Negeri merupakan warisan yang telah dilakukan oleh para leluhur masyarakat Kabupaten Bungo sejak dulu.

"Ada filosofi dari Festival Lek Anak Negeri ini yakni mengenai kebijakan, tujuan, pemanfataan, serta distribusi dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan pertanahan, pertanian, maupun perikanan. Semua itu adalah pengajaran hidup dari para leluhur," kata Mashuri.

Diketahui di Kabupaten Bungo terdapat 151 lubuk larangan dan delapan swaka perikanan. Lubuk Larangan adalah lokasi di aliran Sungai Batanghari yang disepakati antara masyarakat dan lembaga adat setempat untuk tidak diambil ikannya.

Itulah sebabnya tradisi lubuk larangan menjadi fenomena menarik di Jambi. Salah satunya yang masih melestarikan adat istiadat ini yaitu masyarakat Kabupaten Bungo sehingga menjadi ajang menarik dalam Festival Lek Anak Negeri.

Festival Lek Anak Negeri diketahui menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Kenduri Swarnabhumi 2022 di sepanjang sungai Batanghari yang berlangsung dari 30 Agustus hingga 1 September. 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement