Ahad 04 Sep 2022 21:27 WIB

UMM Diyakini Mampu Jawab Tantangan Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 menuntut semua orang beradaptasi dengan berbagai perubahan

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Gita Amanda
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak optimistis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mampu menjawab tantangan revolusi industri 4.0.  (ilustrasi).
Foto: Dokumen
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak optimistis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mampu menjawab tantangan revolusi industri 4.0. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak optimistis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mampu menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Apalagi setelah UMM menggagas pembentukan Center for Future of Work di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari Malang. Emil menjelaskan, revolusi industri 4.0 menuntut semua orang untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan, utamanya terkait digitalisasi serta teknologi informasi dan komunikasi.

Bahkan, lanjut Emil, teknologi yang ada secara perlahan akan menggeser sejumlah pekerjaan yang ada saat ini. "Disruption ini menyebabkan sekitar 78 persen pekerjaan bisa tergantikan. Maka kita harus bisa menangkap profesi baru augmented reality, big data analisis, robot automations, simulasi, integrasi sistem internet of thing, cloud computing, additive manufacturing dan sebagainya," kata Emil dalam siaran tertulisnya, Ahad (4/9).

Baca Juga

Emil menjelaskan, untuk menghadapi berbagai tantangan kompleks saat ini diperlukan sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut. Mennurutnya, itu menjadi tugas bersama termasuk lembaga perguruan tinggi di Indonesia baik negeri dan swasta.

Menurutnya, peran perguruan tinggi adalah dengan membaca tantangan dan menyiapkan sektor keilmuan yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut. "Kita perlu mempersiapkan SDM supaya bisa menjawab tantangan terbaru dunia bisnis dan ekonomi," ujarnya.

Lebih lanjut Emil menjelaskan bonus demografi di Indonesia yang menurutnya harus menjadi perhatian karena bisa menjadi permasalahan besar ketika tidak dikelola dengan baik. Jika dikelola dengan baik, kata Emil, bonus demografi bisa menjadi keuntungan dan kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Namun di sisi lain, lanjutnya, bonus demografi juga bisa menjadi hambatan. Ia mengungkapkan saat ini pengangguran usia muda angkanya semakin meningkat. Karena banyak dari mereka yang cenderung lebih memilih-milih pekerjaan.

"22,41 persen penduduk usia muda di provinsi Jawa Timur menganggur, pengangguran usia muda di Republik Indonesia tertinggi di ASEAN dengan pendidikan sarjana atau SMA," kata Emil.

Pemprov Jatim, kata Emil, melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing SDM melalui peningkatan produktivitas. Seperti pelibatan industri dalam pengembangan vokasi, peningkatan relevansi dan daya saing pendidikan menengah, serta penguasaan adopsi teknologi dan menciptakan inovasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement