BBM Naik, Anggota DPR Serukan Jaga Ketahanan Energi Agar tak Seperti Sri Lanka

Indonesia diharapkan jaga ketahanan pangan dan energi agar tak seperti Sri Lanka.

Senin , 05 Sep 2022, 10:51 WIB
Sopir angkot sedang mengisi BBM di salah satu SPBU di Kecamatan/Kabupaten Indrmayu, Ahad (4/9/2022). Kenaikan harga BBM membuat nasib mereka kian terpuruk.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Sopir angkot sedang mengisi BBM di salah satu SPBU di Kecamatan/Kabupaten Indrmayu, Ahad (4/9/2022). Kenaikan harga BBM membuat nasib mereka kian terpuruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi menaikkan harga pertalite, pertamax, hingga solar per Sabtu (3/9/2022). Kenaikan tersebut diumumkan di Istana Merdeka oleh Jokowi bersama jajaran menterinya.

Anggota Komisi VI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih alias Demer mengomentari pentingnya menjaga ketahanan pangan dan energi agar tak berakhir nasibnya seperti Sri Lanka. Demer mengkritisi impor kita yang masih tinggi.

Baca Juga

“Karena kalau kita melihat ketahanan pangan dan energi kita masih banyak yang impor. Saya melihat kondisi kita yang terjadi saat ini dan berpotensi memburuk kedepannya adalah masalah ketahanan pangan dan ketahanan energi. Kedua hal itu akan menjadi substansi pokok ke depan. Inilah tugas dari KPPU, BSN, BPKS, dan BP Batam untuk mengawasi masuknya arus barang impor dan menggenjot ekspor. Untuk itu mengapa badan-badan ini dibentuk,” jelas Demer, Senin (5/9/2022).

“Banyak negara sekarang jatuh berawal dari ketahanan energinya yang lemah. Karena pandemi yang tak berkesudahan disusul perang Rusia dan Ukraina menyebabkan ketahanan energi negara tersebut berkurang. Energi sangat mahal. Sementara ekspor neraca perdagangan mereka minus tidak bisa pinjam dana kemana-mana dan akhirnya menyebabkan negaranya tidak bisa impor enegi dan akhirnya pemerintahannya runtuh,” jelasnya. 

Demer pun memaparkan sejumlah alasan mengapa dua hal tersebut menjadi hal pokok ke depannya agar tak terjerumus masuk menjadi negara bangkrut seperti Sri Lanka. “Itu hal biasa karena begitu perekonomiannya jatuh, pemerintahannya juga biasanya ikut jatuh, baik itu negara demokratis maupun negara otokratis. Di Sri Lanka contohnya, harga sepeda tiba-tiba naik lima kali lipat karena sudah nggak bisa pakai mobil karena nggak bisa impor minyak. Akhirnya harga sepeda yang naik lima kali lipat. Negaranya udah gak bisa pinjam uang ke mana-mana lalu nggak bisa beli energi, nggak bisa beli bahan bakar,” tambahnya.

Demer menyarankan untuk terus berupaya menggenjot perdagangan ke arah surplus. “Ketahanan energi dan ketahanan pangan itu ya melalui badan-badan yang saya sebutkan tadi. Kita genjot perdagangan yang surplus. Perdagangan yang surplus artinya lebih banyak lagi kita bisa produksi keluar dan oleh karena itulah, tujuan sebenarnya badan-badan tersebut dibentuk, untuk kita bisa membuat perdagangan surplus. Saya berharap dengan perdagangan yang surplus kita masih dipercaya banyak negara,” kata dia.