Senin 05 Sep 2022 13:39 WIB

Utusan PBB untuk Myanmar Sangat Prihatin dengan Kesehatan Suu Kyi

Utusan Khusus PBB untuk Myanmar sangat prihatin dengan kesehatan Aung San Suu Kyi

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer sangat prihatin dengan kesehatan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi yang ditahan junta sejak kudeta militer Februari 2021.
Foto: EPA-EFE/LUONG THAI LINH
Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer sangat prihatin dengan kesehatan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi yang ditahan junta sejak kudeta militer Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer sangat prihatin dengan kesehatan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi yang ditahan junta sejak kudeta militer Februari 2021. Heyzer mengatakan, ia tidak akan mengunjungi Myanmar lagi kecuali ia bisa bertemu Suu Kyi.

Berbicara di ISEAS Yusof Ishak Institute di Singapura pada Senin (5/9/2022), Heyzer mencatat hukuman baru yang diberikan militer ke Aung San Suu Kyi. "Saya sangat prihatin dengan kesehatannya dan mengutuk hukumannya untuk kerja paksa,” kata Heyzer seperti dikutip laman Aljazirah, Senin.

Heyzer telah menyatakan keprihatinannya tentang Aung San Suu Kyi kepada pemimpin kudeta Min Aung Hlaing selama diskusi di Naypyidaw pada Agustus. Dia juga meminta untuk bertemu Aung San Suu Kyi pada waktu itu, dan meminta para pemimpin kudeta untuk mengizinkan pria berusia 76 tahun itu pulang. "Saya diberitahu akan ada pertemuan pada akhirnya," katanya.

Heyzer mengadakan pembicaraan langsung dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat berada di Naypyidaw, kunjungan pertamanya sejak menjadi utusan. Dia mengatakan dia telah membuat enam permintaan menjelang kunjungan.

Permintaan itu diantaranya diakhirinya eksekusi, pembebasan semua anak dalam tahanan, pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan dan segera, penghentian segera kekerasan termasuk pemboman udara, pembebasan semua tahanan politik dan bertemu dengan Aung San Suu Kyi.

"Terlibat dengan SAC (Dewan Administrasi Negara) bukanlah proses yang mudah," katanya, merujuk pada militer dengan nama yang diberikan kepada pemerintahannya.

Dia menekankan bahwa keterlibatan PBB dengan para jenderal tidak dengan cara apapun memberikan legitimasi pada rezim. Dia juga mengatakan SAC telah mengirim tiga catatan diplomatik ke PBB atas pekerjaannya, termasuk dalam kaitannya dengan keterlibatannya dengan National Unity Government dan menuduhnya menggunakan data bias ketika membahas Rohingya yang dipaksa keluar dari negara itu dalam tindakan keras militer lima tahun lalu.

Heyzer mengatakan kunjungan Naypyidaw hanya menghasilkan hasil yang sangat minim. "Hasilnya sangat kecil yang saya doakan dapat berkontribusi bahkan dalam cara-cara kecil termasuk jaminan bahwa tidak ada anak di bawah usia 12 tahun yang ditahan di penjara dan akan diizinkan untuk bertemu Aung San Suu Kyi," katanya.

"Saya senang bahwa saya telah masuk pada kunjungan pertama saya, tetapi jika saya melakukan kunjungan berikutnya, itu hanya terjadi jika saya dapat melihat Daw Aung San Suu Kyi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement