Rabu 07 Sep 2022 16:56 WIB

UMKM Memanfaatkan Kanal Digital untuk Pengembangan Usaha Masih Minim

Menjadi tanggung jawab bersama mengedukasi UMKM terhadap layanan digital.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
 AVP of Marketing and PR PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), Rezki Warni.
Foto: Dadang Kurnia
AVP of Marketing and PR PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), Rezki Warni.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perusahaan fintech peer-to-peer lending, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), melakukan riset terkait perkembangan usaha mikro kecil menengan (UMKM) yang tersebar di Sumsel, Lampung, Jabar, Banten, Jateng, DIY, dan Sulawesi Selatan. Ada 402 UMKM yang dijadikan objek penelitian yang terdiri dari sektor pertanian, sektor perdagangan, serta sektor jasa dan pengolahan.

AVP of Marketing and PR Amartha, Rezki Warni mengungkapkan, ada tiga dimensi yang disurvei dalam riset yang dilakukan. Meliputi dimensi inklusi keuangan, dimenasi penggunaan produk finansial tingkat lanjutan, serta dimensi adopsi kanal digital untuk pengembangan usaha.

Hasil riset menunjukkan, pelaku usaha mikro dan ultra mikro sudah memiliki tingkat inklusi keuangan yang baik dengan skor 84,33 persen. "Namun tidak banyak UMKM yang sudah memanfaatkan kanal digital untuk mengembangkan usaha mereka," kata Rezki di Surabaya, Rabu (7/9/2022).

Terkait dimensi inklusi keuangan, sebagian besar UMKM memiliki satu atau lebih produk layanan keuangan meskipun tidak digunakan secara aktif setiap hari. Mengingat peningkatan kepemilikan rekening bank dan dompet digital didorong program bantuan pemerintah.

Berdasarkan dimensi penggunaan produk keuangan tingkat lanjut, kata Rezki, mayoritas UMKM masih menggunakan uang tunai dan enggan menggunakan layanan non-tunai perbankan, karena kurangnya literasi keuangan digital. Begitupun terkait dimensi pemanfaatan kanal digital untuk pengembangan usaha yang masih sangat rendah.

Kepemilikan smartphone dan internet sebenarnya sangat tinggi. Namun penggunaannya hanya sebagai hiburan, bukan untuk edukasi dan keperluan produktif yang mendorong kemajuan usaha. "Dari tiga UMKM yang disurvei, hanya satu yang memanfaatkan smartphone untuk keperluan produktif," ujarnya.

Ia berharap, survei yang dilakukan diharapkan mendorong pelaku fintech yang menyasar segmen UMKM untuk melakukan pendampingan dan edukasi literasi keuangan digital. Pelaku fintech juga diharapkan dapat memfasilitasi UMKM dengan memberdayakan agen atau pendamping lapangan dalam mendorong literasi digital.

Rezki mengaku, pihaknya rutin melakukan pendampingan dan edukasi literasi keuangan digital terhadap UMKM yang menjadi mitra bisnis. "Bukan hanya melakukan edukasi literasi keuangan digital, tapi juga empowering women. Jadi memberdayakan agar mereka berani bersuara," kata Rezki.

Chief Editor UMKM Indonesia, Dewi Meisari Haryanti, pun menambahkan terkait indeks kedalaman inklusi keuangan para pelaku UMKM. Dewi pun mengamini banyak pelaku UMKM yang telah mengakses produk layanan keuangan, namun tidak digunakan secara aktif. Bahkan banyak dari mereka yang masih terjerat pinjaman terhadap lintah darat.

"Pinjaman terhadap lintah darat ini yang sering membuat usaha mereka sulit berkembang. Ini menjadi tanggung jawab bersama untuk mengedukasi UMKM terhadap layanan digital, agar bisa terbebas dari jerat lintah darat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement