Rabu 14 Sep 2022 21:21 WIB

Mengenal Fasilitas Penginapan Era Jalur Sutra

Beradab-abad lamanya, perjalanan jarak jauh menjadi masalah karena penuh risiko.

Funduq
Foto: MIT
Funduq

IHRAM.CO.ID, Beradab-abad lamanya, perjalanan jarak jauh selalu menjadi masalah karena penuh risiko. Situasi ini dipahami betul oleh penjelajah Ibnu Batuttah. 

Hingga pada akhirnya, ada satu momentum dimana Ibnu Battutah terkejut ketika tiba di sebuah penginapan di daerah delta Sungai Nil pada 1326. Tempatnya menginap dilengkap kasur jerami, tikar kulit, tempat wudhu, kendi berisi air, dan gelas minum di atap tersebut. Untuk abad ke- 14, fasilitas seperti ini sudah sekelas bintang empat.

Baca Juga

Penginapan atau wisma yang menjadi tempat beristirahat bagi para pengelana, pedagang maupun peziarah itu berada di sejumlah titik di tepi jalur-jalur perdagangan, salah satunya Jalur Sutra. Penginapan itu disebut karavanserai.

Saat ini, reruntuhan kompleks karavanserai masih bisa ditemui di kawasan padang pasir Afrika Utara hingga dataran tinggi Iran. Juga di kawasan Timur Jauh (Asia bagian timur) hingga dataran rendah Bangladesh.

 

Jenis penginapan lain yang tersedia bagi para pengelana adalah khan dan funduq. Ini adalah penginapan yang lebih kecil dan bia sanya berada di kota. Hingga saat ini pun, bekas-bekas khan dan funduq masih bisa di temui di kawasan tua kota-kota di Timur Te ngah dan Asia Tengah. Sayangnya, sebagian besar berada dalam kondisi bobrok dan digu nakan sebagai perumahan kelas bawah, tem pat parkir atau gudang.

Meski sarat sejarah, jarang ada upaya dari pemerintah setempat untuk melindunginya dari kerusakan atau pembongkaran. "Bangunan kuno itu tidak memiliki signifi kan si keagamaan layaknya masjid, atau ke pen tingan politik, seperti istana, sehingga di rasa tidak perlu mendapatkan fasilitas pelest arian," kata Olivia Constable, akademisi dari Universitas Notre Dame, Amerika Serikat.

Dia merupakan salah satu dari sedikit inte lek tual yang mempelajari sejarah ekonomi dan arsitektur karavanserai serta khan. Sebuah artikel di laman aramcoworld menjelaskan, desain karavanserai dan khan mengadopsi unsur-unsur masjid, vila, benteng dan istana, untuk menciptakan tema de sain yang pragmatis dan hampir universal.

Karavanserai dan khan lebih dari sekadar hotel pinggir jalan. Seperti namanya, karavanserai mengakomodasi seluruh karavan (rom bongan orang yang melakukan perjalanan) yang datang. Sementara itu, khan berlokasi di kota dan biasanya berlokasi di samping pasar. Sedangkan, funduq lebih seperti rumah kos dan biasanya juga dibangun di dekat pasar.

Ketiganya, pada tingkat yang berbedabeda, merupakan tempat di mana orang dari ber bagai latar belakang agama dan etnis ber baur. Ia mungkin lebih mirip bandara hari ini. Ada tempat untuk tidur, makan, berbe lanja, beribadah, bergaul, dan menunggu un tuk perjalanan selanjutnya.

Selama lebih dari satu milenium, karavanserai, khan dan funduq menempati posisi pen ting dan menjadi simbol semangat, kemakmuran, dan karakter kosmopolitan di abad pertengahan. Ketiganya adalah tulang punggung yang memberi kekuatan pada Jalur Sutra.

Ibnu Batutah dalam catatannya menulis, "Di setiap tempat antara Kairo dan Gaza, para pelancong turun. Di luar khan, ada keran air untuk umum dan toko tempat orang dapat mem beli apa yang ia butuhkan untuk dirinya dan hewan tunggangannya."

Bangunan karavanserai tampil dengan ciri khas, sehingga penghuninya merasa seperti se dang berada di Maroko atau India. Men dekati penginapan ini, pengunjung akan me lihat tembok tinggi dengan gerbang tunggal, tinggi dan cukup lebar sehingga me mung kinkan unta melewatinya. Setelah melewati gerbang, terhampar halaman luas berbentuk persegi panjang.

Sebelum masuk penginapan, tepatnya di gerbang, ada seseorang yang akan mencatat nama pengunjung, kota asal, sifat barang-ba rang dan jumlah hewan yang dibawa. Umum nya, karavanserai terdiri atas dua lantai. Lantai pertama untuk menginap, sedangkan lantai dasar untuk menampung barang-ba rang dan hewan.

Secara arsitektur, karavanserai pada abad pertengahan menerapkan desain benteng Romawi, istana Persia, dan rumah keluarga di Asia Tengah untuk menghasilkan tema de sain yang universal. Adapun bahan bangunan adalah bahan-bahan lokal, seperti batu bata lumpur.

Ventilasi yang baik, air yang melimpah, jamban yang bersih, dan kamar pribadi adalah fasilitas yang dapat dinikmati di karavanserai atau khan. Desain bangunan yang sederhana dan efisien ini terbukti dapat bertahan lama dan mudah beradaptasi selama berabad-abad. Hal ini merupakan perpaduan luar biasa antara Timur dan Barat.

Sementara itu, khan didesain untuk memberi perlindungan dan privasi. Beberapa khan didesain dengan struktur bangunan yang rumit, cukup megah dengan pilar berukir dan berlantai marmer. "Pedagang bisa menginap dalam waktu singkat atau lama, juga menyewa toko ter dekat," kata Arkeolog Katia Cytryn-Silverman yang cukup lama mempelajari seluk-beluk khan.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement