Kamis 15 Sep 2022 07:49 WIB

Zelenskyy Diminta Sampaikan Pidato Sidang Umum PBB Lewat Video

Zelenskyy dijadwalkan berpidato dalam pertemuan tingkat tinggi pada 21 September.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
PBB mempertimbangkan proposal Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menyampaikan pidato tahunannya di Majelis Umum pekan depan melalui rekaman video.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
PBB mempertimbangkan proposal Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menyampaikan pidato tahunannya di Majelis Umum pekan depan melalui rekaman video.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB mempertimbangkan proposal Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menyampaikan pidato tahunannya di Majelis Umum pekan depan melalui rekaman video. Diplomat Rusia mengatakan Moskow menyerukan pemungutan suara untuk memutuskan usulan Ukraina itu.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan Rusia menolak Zelenskyy melalui video.

Baca Juga

"Zelenskyy jalan-jalan dengan sempurna keliling negeri tapi ia tidak dapat datang ke sini, dan bila anda tidak dapat datang, artinya anda mengirim perwakilan anda untuk berbicara di Sidang Umum," kata Nebenzia, Kamis (14/9/2022).

Dalam catatan yang diperuntukan anggota Sidang Umum, Misi Ukraina di PBB mengatakan Zelenskyy "tidak bisa berpartisipasi langsung di pertemuan Sidang Umum karena agresi Rusia yang sedang berjalan terhadap Ukraina."

Saat ini Zelenskyy dijadwalkan menyampaikan pidato dalam pertemuan tingkat tinggi pada Rabu (21/9/2022). Dalam rancangan keputusan untuk mempertimbangkan usulan itu, Jumat (15/9/2022), disebutkan hal ini tidak untuk menjadi "preseden pada debat umum di masa depan dan mandat pertemuan tingkat tinggi yang direncanakan beberapa pekan di masa depan."

Selama dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19 pemimpin dunia diizinkan mengirimkan rekaman video pidatonya. Tapi tahun diharapkan mereka bisa datang ke New York untuk berpidato di Sidang Umum PBB.

Satu pekan setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu tiga perempat anggota Majelis Umum memilih lembaga beranggotakan 193 negara itu untuk menegur Moskow dan memintanya menarik pasukan. Tiga pekan kemudian mengecam Rusia karena telah menciptakan situasi kemanusiaan "yang mengerikan".

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement