Kamis 15 Sep 2022 14:15 WIB

Jamin Stabilitas Pangan Nasional, KSP Dorong Percepatan Ekosistem Sorgum

Percepatan ekosistem sorgum jadi strategi agar tidak hanya andalkan padi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memanen tanaman sorgum, di Desa Klatakan, Kendit, Situbondo, Jawa Timur. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mendorong percepatan pengembangan ekosistem sorgum demi menjamin stabilitas pangan nasional. Ia mengatakan, peningkatan produktivitas pangan alternatif merupakan strategi yang tepat bagi Indonesia agar tidak hanya mengandalkan padi sebagai bahan pangan satu-satunya.
Foto: ANTARA FOTO/Seno
Pekerja memanen tanaman sorgum, di Desa Klatakan, Kendit, Situbondo, Jawa Timur. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mendorong percepatan pengembangan ekosistem sorgum demi menjamin stabilitas pangan nasional. Ia mengatakan, peningkatan produktivitas pangan alternatif merupakan strategi yang tepat bagi Indonesia agar tidak hanya mengandalkan padi sebagai bahan pangan satu-satunya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mendorong percepatan pengembangan ekosistem sorgum demi menjamin stabilitas pangan nasional. Ia mengatakan, peningkatan produktivitas pangan alternatif merupakan strategi yang tepat bagi Indonesia agar tidak hanya mengandalkan padi sebagai bahan pangan satu-satunya.

“Kita semua sudah tau keunggulan sorgum dan sagu yang memberikan potensi ekonomi yang besar bagi negara ini. Namun kita perlu membicarakan dan memikirkan kenapa dua komoditas ini masih belum bisa berkembang?” kata Moeldoko, dikutip dari siaran pers KSP pada Kamis (15/9).

Hal ini disampaikannya saat menjadi keynote speech pembukaan webinar bertajuk “Strategi Pengembangan dan Industrialisasi Sagu dan Sorgum Nasional Berbasis Korporasi” yang diinisiasi Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) secara daring dari Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (14/9).

“Maka kita harus mulai membangun ekosistem pangan alternatif, khususnya sorgum. Saya pun berharap segala macam diskusi yang diadakan oleh para pakar menghasilkan sesuatu yang konkrit. Jangan hanya banyak beradu konsep, tapi miskin aplikasi,” kata dia.

Moeldoko juga menyampaikan, minimnya jumlah perusahaan yang menghubungkan komoditas petani ke pasar menjadi penghambat pengembangan ekosistem sorgum. Karena itu, para pemilik modal perlu diyakinkan untuk turut berkontribusi mengembangkan industri alternatif pangan nasional.

“Minimnya off-taker ini menyebabkan industri sorgum tidak berkembang. Maka budidaya sorgum tidak bertumbuh secara masif. Riset di sektor benih sorgum juga tidak berjalan gegap gempita. Kenapa? Karena sorgum belum menjadi pilihan,” kata Moeldoko.

Padahal dibandingkan dengan komoditas pangan lain, sorgum merupakan tanaman yang multifungsi karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bioetanol.

Biji sorgum tidak banyak berbeda dengan beras atau terigu, nira batang sorgum merupakan sumber bioetanol, dan ampas batang serta daun dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Moeldoko pun berharap ekosistem sorgum bisa segera dimanfaatkan untuk pakan ternak karena Indonesia masih dalam status berkecukupan beras.

“Tapi ketika nanti kita menghadapi krisis, kita bisa dengan mudah menggeser sorgum untuk alternatif pangan manusia karena ekosistemnya sudah terbangun,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement