Senin 19 Sep 2022 15:12 WIB

Empat Pos Pengeluaran yang Menelan Banyak Biaya dalam Keluarga

Asuransi kesehatan murni bisa menjadi pilihan untuk pembiayaan kesehatan keluarga.

Seorang tenaga kesehatan merapikan tempat tidur di sebuah rumah sakit. Pengeluaran untuk kesehatan termasuk pos pengeluaran terbesar dalam keluarga. (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Seorang tenaga kesehatan merapikan tempat tidur di sebuah rumah sakit. Pengeluaran untuk kesehatan termasuk pos pengeluaran terbesar dalam keluarga. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Di tengah biaya hidup yang terus meningkat, ditambah risiko sakit yang proses perawatannya kompleks dan membutuhkan anggaran besar, dibutuhkan perencanaan keuangan yang baik agar tidak membebani keluarga.

Ada empat pos yang dikhawatirkan oleh 22 persen masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang diperkirakan akan menyedot banyak biaya. Sebut saja di antaranya dana masa tua, biaya kesehatan akibat penyakit serius atau kecelakaan, pengeluaran bulanan, dan dana pendidikan. 

Dalam kondisi kita yang mulai mencoba kembali bangkit ini, hampir dua dari tiga masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah (64 persen) mengakui bahwa kesehatan adalah biaya yang mereka sangat khawatirkan,'' ujar Annisa Steviani, CFP, AEPP, perencana keuangan keluarga, dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (19/9/2022).

Secara detail, Annisa mengungkapkan tantangan keluarga berasal dari faktor eksternal (inflasi, biaya kesehatan, hingga jumlah dan jenis penyakit yang meluas) dan faktor internal (kondisi finansial serta financial behavior).

Dengan fakta tersebut, Annisa menekankan pentingnya perencanaan keuangan yang strategis seperti dana darurat yang besarannya berkisar 6-12 kali lipat pengeluaran yang sesuai kondisi dan tujuan keuangan tiap keluarga . “Sisihkan juga dana untuk polis asuransi kesehatan sehingga keluarga tetap terlindungi jika terjadi hal-hal ‘pasti’ yang tidak diinginkan, seperti sakit, kecelakaan lalu lintas hingga kematian. Pilih asuransi yang mampu memberikan manfaat komplet sesuai kemampuan dan kebutuhan keluarga tanpa mengganggu pos keuangan lainnya,” tambah Annisa. 

Untuk melindungi kebahagiaan serta mimpi yang telah dibangun keluarga dari bermacam risiko tak terduga, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) memperkenalkan produk terbaru dengan PRUSolusi Sehat Plus Pro dan PT Prudential Sharia Life Assurance(Prudential Syariah) dengan PRUSolusi Sehat Plus Pro Syariah.

Keduanya merupakan asuransi kesehatan murni yang hadir untuk menjawab berbagai tantangan seluruh keluarga Indonesia dengan manfaat komprehensif dan fleksibel untuk melindungi kebahagiaan dan mimpi keluarga Indonesia, kini dan nanti.

PRUSolusi Sehat Plus Pro dan PRUSolusi Sehat Plus Pro Syariah memberikan perlindungan menyeluruh mulai dari pra perawatan inap, perawatan inap hingga perawatan lanjutan pasca rawat inap.

Keduanya juga mencakup metode pengobatan medis modern maupun tradisional serta tersedia dalam beragam pilihan plan berdasarkan wilayah pertanggungan, tipe dan batas harga kamar sesuai prioritas keluarga.

“Inovasi menjadi salah satu pondasi bagi Prudential dalam mendengarkan, memahami dan mewujudkan solusi perlindungan jiwa, kesehatan, dan finansial untuk banyak kebutuhan keluarga Indonesia. Di masa yang kian menantang ini, kami percaya tiap keluarga harus dapat terlindungi secara menyeluruh, tanpa kompromi. Oleh karenanya, PRUSolusi Sehat Plus Pro dan PRUSolusi Sehat Plus Pro Syariah memberikan manfaat untuk mendampingi mereka di tiap perjalanan perawatan kesehatan sesuai dengan rekomendasi dari dokter yang merawat,'' ujar Premraj Thuraisingam, Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia.

Paul Setio Kartono, Chief Financial Officer Prudential Syariah, berharap produk ini dapat menjangkau dan melindungi lebih banyak masyarakat Indonesia, sesuai dengan prinsip yang diusung yaitu ‘Syariah untuk Semua’. ”Seiring waktu, tantangan yang dapat menghambat terciptanya kebahagiaan keluarga Indonesia makin besar, seperti ketidaksiapan menyongsong hari esok yang penuh ketidakpastian. Faktanya, 56,5 persen responden usia produktif mengaku bahwa mayoritas tabungan untuk sebagai dana darurat hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari selama tiga bulan atau kurang dari tiga bulan,'' ujarnya.

 

sumber : siaran pers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement