Selasa 20 Sep 2022 16:32 WIB

Bali Tourism Board: Harga Tiket Pesawat Mahal, Hambat Pemulihan Pariwisata

Salah satu imbas harga tiket mahal adalah wisatawan Australia beralih ke Thailand.

Penumpang pesawat tiba di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (9/3/2022). Bali Tourism Board: Harga Tiket Pesawat Mahal, Hambat Pemulihan Pariwisata
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf/wsj.
Penumpang pesawat tiba di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (9/3/2022). Bali Tourism Board: Harga Tiket Pesawat Mahal, Hambat Pemulihan Pariwisata

IHRAM.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan salah satu penghambat pemulihan pariwisata Bali adalah harga tiket pesawat yang mahal.

"Salah satu yang menghambat kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali adalah harga tiket yang mahal, gubernur sebagai kepala daerah menyampaikan usulan ke menteri Perhubungan agar harga tiket turun dan semoga ini bisa terealisasi," kata Bagus Agung, Selasa (20/9/2022).

Baca Juga

Dari pantauannya, salah satu imbas dari harga tiket mahal adalah berkurangnya wisatawan mancanegara dari Australia yang justru beralih ke Thailand. Tiket pesawat dari Australia menuju Phuket, Thailand lebih murah daripada Sydney ke Bali, meskipun dari segi lama perjalanan Pulau Dewata masih menang.

"Kurang lebih harga tiket lebih setengahnya naik, karena tiket Sydney ke Bali 1.500 AUD sekarang dari Sydney ke Phuket bisa setengahnya, 700-800 AUD. Jadi kalau harganya sekarang Rp 7 juta ke Bali itu masih mahal, normalnya Rp 3-4 juta sebelum naik," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster pada Senin (19/9/2022) menyampaikan telah mengusulkan kepada menhub agar menambah jumlah penerbangan menuju Bali sehingga dapat menurunkan harga tiket dan wisatawan bertambah. Bagus Agung menyampaikan Pemerintah Provinsi Bali menargetkan kunjungan wisatawan mencapai dua juta hingga akhir tahun, sementara pusat menargetkan tiga juta kunjungan.

"Kita optimistis dua juta wisatawan bisa masuk sebelum (wisatawan) China masuk, kalau China masuk tiga juta bisa tercapai. Kalau tahun ini kan tinggal beberapa bulan saja, karena rata-rata 10 ribu satu hari dikalikan 300 penerbangan kurang lebih seperti itu," kata Bagus Agung.

Ia berharap adanya dukungan penambahan maskapai salah satunya milik Indonesia, yaitu maskapai Garuda. Ia menilai apabila adanya pertambahan penerbangan dari Garuda maka kondisi Bali akan cepat normal seperti Thailand.

Sementara itu hingga saat ini Bali sebagai daerah dengan 54 persen perekonomian bergantung dari sektor pariwisata masih dalam tahap pemulihan akibat dua tahun pandemi Covid-19. Gubernur Wayan Koster menyampaikan bahwa pertumbuhan negatif dialami Bali ada tahun 2020 yang mencapai -9,31 persen sebagai yang tertinggi di Indonesia, kemudian membaik pada 2021 menjadi -2,47 persen.

Pertumbuhan positif baru dirasakan Bali pada Maret 2022 sejak dibukanya gerbang internasional melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, yaitu pertumbuhan ekonomi naik menjadi +1,46 persen, dilanjutkan pada triwulan kedua +3,04 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement