Selasa 20 Sep 2022 20:42 WIB

Vaksin Booster Kedua Nakes Baru 38 Persen

Kemenkes telah menyusun strategi guna meningkatkan cakupan vaksin booster

Rep: dian fath risalah/ Red: Hiru Muhammad
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Mal Qbig, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Ahad (18/9/2022). Kementerian Kesehatan mempersiapkan strategi akselerasi cakupan vaksinasi COVID-19 dosis penguat atau booster hingga 100 juta peserta mulai awal 2023, menyusul prediksi penurunan imunitas penduduk di awal tahun depan.
Foto: ANTARA/Fauzan
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Mal Qbig, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Ahad (18/9/2022). Kementerian Kesehatan mempersiapkan strategi akselerasi cakupan vaksinasi COVID-19 dosis penguat atau booster hingga 100 juta peserta mulai awal 2023, menyusul prediksi penurunan imunitas penduduk di awal tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Berdasarkan data Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI pada Selasa (20/9/2022) pukul 11.31 WIB, cakupan vaksinasi dosis 1 di angka 87,09 persen, dosis 2 di angka 72,86 persen, dosis 3 atau booster pertama di angka 26,75 persen. Sementara cakupan dosis 4 atau booster kedua tenaga kesehatan masih di angka 38,09 persen.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Siti Nadia Tarmizi mengatakan dari 1,4 juta nakes yang menjadi sasaran booster kedua, baru 559.339 nakes yang menerima. Targetnya, 95 persen nakes mendapatkan booster kedua karena merupakan garda terdepan selama pandemi Covid-19.

Baca Juga

"Minimal 95 persen tapi berharap 100 persen karena untuk nakes yang garda terdepan. Masih di angka 38 persen karena ada beberapa nakes yang sempat positif Covid-19, jadi masih menunggu waktu antara booster pertama 6 bulan dan kalau positif kan 3 bulan,"  kata Nadia kepada Republika, Selasa (20/9/2022).

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril mengatakan, Kementerian Kesehatan telah menyusun sejumlah strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasi booster Covid-19. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada masyarakat. Sebab ada kemungkinan imunitas masyarakat turun di tahun depan.

“Meskipun saat ini persentase kasus harian Covid-19 terus menurun, vaksinasi primer dan booster terus kita gencarkan. Jadi, kalau ada gelombang baru Covid-19 kita lebih siap karena kekebalan tubuh kita masih kuat,” ujar Syahril.

Syahril menyebutkan saat ini Kementerian Kesehatan telah mendorong seluruh kepala daerah baik gubernur maupun bupati/walikota untuk terus menjalankan vaksinasi Covid-19 bekerjasama dengan pihak-pihak lainnya.

Menurutnya, akselerasi ini perlu dilakukan agar semakin banyak daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya diatas 50 persen. Karena sejak dimulai pada 22 Januari 2022 lalu, baru ada 3 daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya sudah diatas 5 persen..

Ketiga daerah tersebut yakni Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Bali menempati posisi tertinggi dengan persentase 69,8 persen, DKI Jakarta dengan 66,0 persen dan Kepulauan Riau 52,1 persen.

“Penyediaan sentra-sentra vaksinasi terutama di tempat-tempat publik, perlu kembali digalakkan untuk mendekatkan layanan vaksinasi kepada masyarakat. Saya kira ini bisa kembali menarik minat masyarakat,” ujar Syahril.

Ia menambahkan Kementerian Kesehatan juga akan menerapkan strategi “jemput bola” guna mendekatkan layanan vaksinasi kepada sasaran terutama kelompok rentan yang kesulitan mengakses sentra vaksinasi.

“Jemput bola ini untuk memudahkan sasaran yang kesulitan mengakses layanan vaksinasi COVID-19. Caranya dengan mendatangi rumah-rumah, pasar maupun tempat publik lainnya. Jadi kita kejar, tidak menunggu mereka datang ke puskesmas atau pusat-pusat layanan vaksinasi, tapi kita jemput bola,” ujar Jubir Syahril.

Terakhir, Jubir Syahril mengimbau kepada masyarakat yang belum melakukan vaksinasi booster di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat guna meningkatkan kekebalan tubuh. Vaksinasi booster terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh seseorang hingga 4-6 kali lipat, sehingga mampu mencegah risiko terburuk dari infeksi Covid-19.

“Untuk yang belum booster saran saya terus dilanjutkan, karena itu memberikan proteksi yang baik untuk kita, sasaran yang dibooster terbukti secara ilmiah kadar antibodinya jauh lebih tinggi dibandingkan yang belum dibooster, ini penting untuk melindungi orang sekitar terutama orang tua kita,” katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement