Rabu 21 Sep 2022 20:42 WIB

Pemkot Bandung Klaim Harga Pangan Relatif Turun

Saat ini tidak ada potensi inflasi ekonomi atau dampak mencolok akibat kenaikan BBM

Rep: dea alvi soraya/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Perdagangan Zulkfli Hasan menyampaikan keterangan pers usai sidak di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Kamis (23/6). Kedatangannya untuk memastikan bahwa stok pangan yang ada di pasar-pasar tradisonal di wilayah Jawa Barat khususnya Kota Bandung mencukupi dan tidak ada kenaikan harga.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Menteri Perdagangan Zulkfli Hasan menyampaikan keterangan pers usai sidak di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Kamis (23/6). Kedatangannya untuk memastikan bahwa stok pangan yang ada di pasar-pasar tradisonal di wilayah Jawa Barat khususnya Kota Bandung mencukupi dan tidak ada kenaikan harga.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG—Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) mengklaim tidak ada lonjakan harga yang siginifikan setelah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengawasan Kemetrologian Disdagin Kota Bandung, Meiwan Kartiwa mengatakan, berdasarkan hasil monitoring terakhir, harga bahan pokok relatif stabil dan tidak ada peningkatan harga yang siginifikan.

Baca Juga

“Justru bisa dilihat cenderung turun, seperti harga telur yang tadinya Rp 30 ribu sekarang sudah rata-rata di pasar tradisional itu Rp 28-29 ribu. Cabe juga sudah mulai turun,” kata Meiwan saat ditemui di Balai Kota Bandung, Rabu (21/9/2022). 

Selain telur dan cabai, komoditi lain yang mengalami penurunan harga adalah ikan, yang sebelumnya dikabarkan melonjak akibat kesulitan para nelayan untuk membeli BBM jenis solar. Meiwan mengatakan, harga ikan kini mulai kembali ke harga normal. Menurutnya, kenaikan harga ikan tidak semata-mata disebabkan kenaikan harga solar namun juga faktor lain seperti kondisi cuaca.

“Ikan, justru dari laporan dari beberapa dirut pasar, ada sedikit penurunan, kemarin sempat naik lalu turun lagi. Kalau ikan, sebenarnya tidak hanya karena masalah transportasi, bukan hanya karena kenaikan dari bbm, tapi juga hasil tangkapan mereka (nelayan) banyak atau tidak,” kata Meiwan. 

Meiwan juga meyakinkan bahwa hingga saat ini tidak ada potensi inflasi ekonomi maupun dampak yang mencolok akibat kenaikan BBM. Meski begitu, dia tetap mengakui bahwa Kota Bandung masih tergolong wilayah yang rentan inflasi ekonomi, terutama jika merujuk pada kondisi pangan Kota Bandung yang hampir 100 persen bergantung dari wilayah lain. 

“Alhamdulillah dampaknya tidak terlalu terasa. Kalau rentan ya mungkin, semuanya rentan semua daerah. Tapi alhamdulillah sampai saat ini jalur distribusi masih banyak dan belum ada laporan kekurangan,” tegasnya. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Pedagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, harga ikan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dari Rp 21.000 menjadi Rp 26.000. Kenaikan ini, kata dia, tidak lain merupakan dampak dari mahalnya harga solar. 

“Jadi tadi disampaikan dengan adanya kenaikan BBM, yang terlihat kena dampaknya adalah harga ikan. Tadinya Rp 21 ribu sekarang Rp 26 ribu. Itu mungkin karena dari nelayannya karena solar naik,” kata Elly di Pasar Kosambi Taman Sari, Kota Bandung, Senin (12/9/2022). 

Selain ikan, harga cabai juga masih terpantau tinggi, Rp 60 ribu per kilo atau dua kali lipat dari harga normal di Rp 34 ribu per kilo. Meski begitu Elly mengatakan bahwa harga ini sudah cukup membaik dibanding pekan-pekan sebelumnya yang sempat menyentuh harga lebih dari Rp 100 ribu per kilo. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement