Rabu 21 Sep 2022 21:01 WIB

BPBD Kota Batu Antisipasi 10 Titik Potensi Banjir dan Tujuh Titik Potensi Longsor

Setidaknya ada 10 titik potensi banjir di kota Batu Malang

Rep: wilda fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Proses pembersihan materi lumpur setelah terjadinya banjir di Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jumat (6/5/2022).
Foto: bpbd malang
Proses pembersihan materi lumpur setelah terjadinya banjir di Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jumat (6/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BATU--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu telah mengantisipasi sejumlah titik bencana di Kota Batu. Hal ini diungkapkan karena dalam waktu dekat akan memasuki musim penghujan.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim mengungkapkan, setidaknya ada 10 titik potensi banjir di wilayahnya. "Lalu kalau longsor ada tujuh yang tingkat kerawanan cukup tinggi," ucap pria yang biasa disapa Rochim ini kepada wartawan di Kota Batu.

Baca Juga

Dari sejumlah titik potensi tersebut, kata Rochim, wilayah yang paling banyak berada di Kecamatan Bumiaji. Wilayah tersebut memiliki titik potensi banjir dan longsor paling banyak. Hal ini terutama di wilayah sekitar Kali Paron, Dusun Beru, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Menurut Rochim, area Kali Paron memang telah menjadi rutinitas tahunan kajian. Pasalnya, area tersebut memang memiliki dimensi sungai kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sungai tidak bisa menampung air ketika hujan berintensitas tinggi.

 

Selain itu, terdapat Kecamatan Batu yang memiliki titik potensi banjir cukup banyak. Hal ini terutama di daerah-daerah permukiman yang kapasitasnya drainasenya kecil saat hujan lebat. Situasi tersebut biasanya akan menyebabkan air meluap ke jalan masuk rumah warga.

Meskipun BPBD telah memiliki data tersebut, pihaknya masih membutuhkan masukan dari masyarakat. BPBD masih memerlukan partisipasi masyarakat untuk tambahan informasi titik-titik yang mereka ketahui sekiranya rawan terhadap ancaman bencana hujan. Data tersebut diharapkan bisa digunakan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan atau meminimalisasikan dampak bencana.

Rochim mengatakan, proses pendataan informasi tersebut masih ditunggu hingga Jumat (23/9/2022). "Kita lihat respons masyarakat untuk menginformasikan di wilayahnya minimal kerawanan bencana apa. Jadi sampai saat ini belum update datanya," ucap Rochim.

Ada pun mengenai antisipasi bencana, BPBD sebenarnya telah memberikan sejumlah rekomendasi. Untuk wilayah Kali Paron misalnya, lembaganya telah merekomendasikan pelebaran sungai atau pengerukan sungai supaya dimensinya lebih lebar. Namun rekomendasi tersebut belum bisa dilaksanakan karena biayanya cukup mahal.

"Maka itu, musim hujan (tahun) ini kemungkinan setiap hujan lebat di sana masih terjadi potensi luapan air," kata dia menambahkan.

Untuk langkah antisipasi banjir secara keseluruhan, BPBD merekomendasikan agar bisa dilakukan rekonstruksi drainase. Namun investasi program ini berbiaya tinggi sehingga harus mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim). Kemudian juga perlu mendapatkan bantuan dari BNPB dan pemerintah pusat terkait rekonstruksi drainase.

Rochim berpendapat kebutuhan drainase pada tahun ini memang tidak terlalu menjadi prioritas utama. Namun program tersebut akan sangat dibutuhkan untuk lima sampai 10 tahun mendatang. 

Dengan semakin berkurangnya resapan air di Kota Batu karena pembangunan, maka hujan akan banyak meluber ke sungai-sungai. Lalu ketika kapasitas drainase tidak dilebarkan, maka air akan meluber ke permukiman dan jalan. Hal-hal ini yang akan dikhawatirkan pada lima sampai 10 tahun ke depan.

Menurut Rochim, tanda-tanda kekhawatiran itu sebenarnya sudah muncul setiap tahunnya. Setiap hujan lebat pasti sejumlah jalan akan tergenang air.  Saat ini ketinggiannya masih semata kaki, tetapi suatu saat akan seperti Jalan Letjen Sutoyo di Kota Malang.

"Area itu jadi rutinitas (banjir) tahunan sampai satu meter. Itu hal-hal yang tidak kita inginkan di Kota Batu. Solusinya ya rekonstruksi drainase tadi," jelasnya.

Sementara itu, untuk antisipasi tanah longsor telah dipasang 11 Early Warning System (EWS) di sejumlah titik. Alat tersebut tersebar di tiga kecamatan dan diprioritaskan di wilayah-wilayah lereng gunung yang di bawahnya terdapat pemukiman. Rochim memastikan alat-alat EWS masih berfungsi dengan baik dan kemungkinan akan ditambah jumlahnya pada tahun ini.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement