Kamis 22 Sep 2022 16:23 WIB

Data Guru Diduga Bocor, Dikhawatirkan Pengaruhi Seleksi Guru Honorer Jadi PPPK

Lima juta data guru di Indonesia diduga bocor setelah diretas.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda meminta dugaan kebocoran data guru ditelusuri dan dipastikan tidak mengganggu proses perbaikan manajemen pengelolaan guru maupun seleksi PPPK.
Foto: Istimewa
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda meminta dugaan kebocoran data guru ditelusuri dan dipastikan tidak mengganggu proses perbaikan manajemen pengelolaan guru maupun seleksi PPPK.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak lima juta data guru di Tanah Air diduga bocor akibat peretasan. Kebocoran data ini diminta untuk segera ditelusuri karena dikhawatirkan menganggu proses perbaikan manajemen pengelolaan guru, termasuk program seleksi sejuta guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

"Saat ini berbagai upaya memperbaiki manajamen pengelolaan guru tengah dilakukan oleh pemerintah termasuk seleksi sejuta guru honorer menjadi PPPK. Kami khawatir jika benar terjadi kebocoran data guru maka akan mempengaruhi proses seleksi karena ada beberapa persyaratan pendaftaran yang harus menggunakan data pokok pendidikan," ujar Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, dalam keterangannya, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga

Dalam beberapa terakhir beredar informasi ada sekitar lima juta data guru yang diduga bocor dan dijual di forum Breached.to oleh peretas. Data tersebut berisikan keterangan nama, nomor identitas pegawai negeri sipil (NIP), tempat dan tanggal lahir, Nomor Induk Kependudukan (NIK), alamat, rekening bank, ijazah, hingga nama anggota keluarga.

Huda menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20/2022 tentang Pengadaan PPPK untuk Jabatan Fungsional Guru pada Instansi Daerah tahun 2022 disebutkan, jika peserta seleksi harus terdaftar dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Maka jika kemudian data tersebut bocor maka ada potensi kekacauan yang merugikan para guru honorer yang ingin ikut seleksi PPPK.

"Maka harus ditelusuri apakah informasi kebocoran data guru ini benar. Kalau benar maka harus dipastikan sumber kebocorannya dari mana, apakah dari Dapodik atau dari sumber lainnya. Tetapi sepengetahuan kami, data resmi tenaga pendidik memang ada di Dapodik yang dikelola oleh Kemendikbudristek," ujarnya. 

Huda mengatakan, dugaan kebocoran data guru ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada tahun 2020 juga muncul ratusan ribu data yang diduga milik guru honorer calon penerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) tersebar luas di media sosial dan WhatsApp grup. 

"Meskipun Kemendikbudristek saat itu membantah kebocoran data tersebut dari mereka, tetapi tetap saja situasi ini cukup mengkhawatirkan mengingat betapa sensitifnya data tersebut jika tersebar luas dan diperjualbelikan," katanya. 

Politikus PKB ini berharap Kemendikbudristek benar-benar memastikan jika pengelolaan data guru yang ada di Dapodik benar-benar aman. Menurutnya, hal itu tidak akan sulit dilakukan mengingat Mendikbudristek Nadiem Makarim adalah sosok berlatar belakang profesional di bidang teknologi informasi yang pastinya paham betul terkait pengelolaan dan keamanan data digital.

"Kami merasa dengan kemampuan dan jaringan Mas Menteri, tidak sulit untuk memastikan keamanan pengelolaan data digital terkait guru, model pembelajaran online, hingga berbagai aplikasi lain terkait pengembangan pendidikan di Tanah Air," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement