Ahad 09 Oct 2022 22:54 WIB

Berpacu dalam Prestasi Madrasah di Kota Malang

.

Oleh : Muhammad Fakhruddin, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan sekolah madrasah dahulu dilihat sebelah mata oleh masyarakat. Karena mereka yang tidak diterima di sekolah-sekolah umum baru disekolahkan di madrasah.

Hal ini disebabkan karena prestasi madrasah kala itu masih belum nampak. Oleh karena itu, diadakan sarasehan bersama antara perwakilan guru, orang tau siswa dan siswa. Bagaimana membangun madrasah dan keinginan 5 tahun kedepan seperti apa? Hal itu lah yang kemudian  dituangkan dalam visi dan misi.

Inisiatif ini yang dilakukan Kepala MAN 1 Kota Malang Binti Maqsudah di Kota Malang ketika ia pertama kali memimpin Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang sekitar 2 tahun lalu. "Alhamdulillah step by step kita naungi," kata Binti beberapa waktu lalu.

Binti lalu memetakan potensi prestasi anak didiknya tidak hanya di bidang akademik tapi juga yang non akademik. Selangkah demi selangkah, raihan prestasi anak didiknya meningkat dari tingkat kota naik ketingkat provinsi. "Salah satunya di OSN, MAN 1 Kota Malang kini sudah di tingkat provinsi. paling tidak sudah satu tahapan," ujarnya. 

Prestasi sekolahnya juga mulai nampak, salah satu indikasinya MAN 1 Kota Malang menjadi Juara 1 Madrasah Digital. MAN 1 Kota Malang juga mendapatkan mendali emas di ISPO (Indonesian Science Project Olympiad) dan juga di internasional. "Sekarang ini BIRN kita lolos satu-satunya mewakili Kota Malang," bebernya.

Capaian yang diraih MAN 1 Kota Malang ini cukup membanggakan apalagi diraih dalam cukup singkat. Bahkan saingan MAN 1 Kota Malang adalah sesama sekolah madrasah, yakni MAN 2 Kota Malang.

Kedua Madrasah Aliyah Negeri ini kini bersaing secara sehat untuk merebut prestasi. Baik prestasi di bidang akademik maupun di bidang non akademik. Padahal, beberapa tahun lalu, siswa yang tidak diterima di MAN 2 Kota Malang baru ke MAN 1 Kota Malang.

Binti Maqsudah selaku kepala MAN 1 Kota Malang nampaknya tidak terlalu sulit untuk merubah keadaan karena Binti pernah mengabdi sebagai guru matematika di MAN 2 Kota Malang. Binti juga salah satu yang memotivasi siswa siswinya di MAN 2 Kota Malang untuk berprestasi di bidang sains. Yang, kemudian dia ajarkan juga kepada siswa siswinya di MAN 1 Kota Malang.

Alhasil, di ajang tingkat nasional MYRES (Madrasah Young Researchers Super Camp) Kemenag, MAN 1 Kota Malang lolos 4 tim sedangkan MAN 2 Kota Malang hanya 1 tim. Kemudian di ISPO, MAN 1 Kota Malang lolos 4 tim sedangkan MAN 2 Kota Malang hanya lolos 2 tim.

"Tapi belum selesai. Sedang tahap penilaian, jadi mohon doanya. Karena saya bertugas di sini saya up, tapi bukan menafikan di sana. Kita ingin semua madrasah ini unggul," ungkapnya.

Meskipun capaian nilai siswa siswi MAN 1 Kota Malang saat Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) juga sudah cukup luar biasa. Namun, menurut Binti, prestasi di MAN 1 dan MAN 2 Kota Malang tidak bisa disamakan persis karena masing-masing punya karakteristik masing-masing.

Oleh karena itu, Binti juga memperkuat prestasi anak didiknya di bidang non akademik. Binti lalu menggali keterampilan siswa siswi MAN 1 Kota Malang di bidang digital, dengan membuat ekstrakurikuler perfileman, animasi, dan robotik. "Jadi sekecil apapun potensi anak-anak kita up. Mereka yang senang dance kita bentuk dance. Mereka yang senang artistik, band kita bentuk band. Bahkan untuk musik kita juara 3 di MetroTV. Itu kan persiangan yang sangat luar biasa," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala MAN 2 Kota Malang, M Husnan mengungkapkan bagaimana kunci keberhasilan anak didiknya dalam meraih prestasi.

Ia mengatakan selalu mendukung siswanya untuk berprestasi di berbagai perlombaan, baik perlombaan di bidang akademik maupun non akademik. Husnan bahkan sudah memetakan bakat siswanya sejak penerimaan peserta didik baru. Setelah tahu potensinya, para siswa yang miliki bakat dan minat yang sama kemudian dikumpulkan dalam satu kelas. "Akademi dia kuat di bidang apa? Olimpiade apa? Kita kumpulin bikin satu kelas. Riset kita kumpulin buat satu kelas. Yang non akademik kita masukkan ke ekstrakurikuler yang punya pontesi menang," ujar Husnan.

Setelah dikumpulkan dalam satu kelas, lanjut Husnan, pihaknya kemudian menyediakan pelatih yang berpengalaman dalam lomba tersebut. Para pelatih adalah alumni MAN 2 Kota Malang dan profesional. Mereka diberi kesempatan untuk berlatih seminggu dua kali. "Nah, ketika menuju level Jawa Timur atau nasional maka pelatih ini saya berikan kebebasan untuk menambah jam yang selama ini sekali seminggu menjadi seminggu dua kali atau empat kali. Bahkan, seperti olimpide itu, anak-anak saya karantina bisa sebulan," ungkapnya.

Husnan mengaku ketika menerapkan rumus tersebut seperti membuahkan hasil. Bahkan, dia tidak sembarang untuk memilih pelatih. Pelatihnya adalah para juara juga. "Itu kuncinya, keyword-nya di situ. Jangan pernah bermimpi jadi juara ketika pelatihnya belum pernah menang di event itu," pungkasnya.

Kerap menjadi juara dalam berbagai perlombaan akademik maupun non akademik, baik di level provinsi Jawa Timur hingga level nasional bahkan internasional, membuat para pelajar MAN 2 Kota Malang kecanduan atau kerajingan mengikuti kompetisi atau lomba.

Seperti yang dialami siswi kelas XII MAN 2 Kota Malang, Finayatus Sa'adah. Fina mengaku tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba penulisan esai. Ketika ditanya kenapa mau ikut lomba lagi, dengan spontan dia menjawab, "Kecanduan."

Fina dan rekan satu timnya pernah Juara 1 Olimpiade Psikologi Nasional 2021 yang digelar Universitas Airlangga. Dia juga menjadi Juara 1 Madrasah Young Researchers Super Camp (MYRES) 2021 kategori Ilmu Sosial dan Humaniora yang digelar Kementerian Agama.

Untuk bisa menang lomba di MYRES 2021, Fina melakukan riset di Mojokerto. Dalam penelitian tersebut, dia dan rekannya membahas pola prilaku masyarakat di sekitar kawasan wisata, yang mana kawasan wisata itu terdapat mata air yang digunakan untuk kebutuhan minum dan aktivitas sehari hari warga sekitar, seperti mencuci. "Tapi setelah ditemukan banyaknya pengunjung wisata yang datang tidak membuat lingkungannya menjadi kotor tapi malah semakin bersih. Di situ pola prilakunya menunjukannya pada yang positif," kata Fina.

Keasyikan dalam melakukan penelitian itu yang kemudian membuat Fina kecanduan ikut lomba. Menurutnya, dengan mengikuti lomba dia mendapat ilmu yang diperoleh dari luar sekolah. "Gimana caranya cari ide kepenulisan, tidak semua didapat di sekolah," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement