Rabu 12 Oct 2022 12:35 WIB

Waduh, Sepertiga Negara di Dunia akan Alami Beban Utang Tinggi

Menkeu Sri Mulyani sebut beban utang tinggi juga dialami negara maju.

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi akibat beban utang yang tinggi dalam empat sampai enam bulan ke depan. Hal ini juga dipicu lemahnya fundamental makro ekonomi dan stabilitas politik global.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi akibat beban utang yang tinggi dalam empat sampai enam bulan ke depan. Hal ini juga dipicu lemahnya fundamental makro ekonomi dan stabilitas politik global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi akibat beban utang tinggi dalam empat sampai enam bulan ke depan. Hal ini juga dipicu lemahnya fundamental makro ekonomi dan stabilitas politik global.

"Sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam empat sampai enam bulan ke depan," ujarnya saat di Washington DC, Amerika Serikat dalam akun instagramnya @smindrawati, dikutip Rabu (12/10/2022).

Tekanan ekonomi tersebut tidak hanya mengancam negara berkembang. Negara maju dengan kondisi ekonomi yang goyang pun tak luput dari ancaman ini. Dalam kunjungan kerjanya ke Washington DC, Sri Mulyani bertemu Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva. 

Pada pertemuan tersebut, keduanya mendiskusikan perkembangan terkini ekonomi global termasuk ancaman ekonomi yang akan dihadapi negara-negara dunia dalam waktu dekat.

"Kali ini kami mendiskusikan perkembangan terkini ekonomi global dan membagi kekhawatiran yang sama terkait kondisi banyak negara karena dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja," tulis Sri Mulyani.

Meski demikian, dia mengatakan  Indonesia masih aman. Di tengah tekanan kondisi global, perekonomian nasional masih tumbuh solid di atas lima persen. Bahkan, diprediksi akan tetap tumbuh kuat sampai akhir tahun.

"Karenanya Kristalina memberikan apresiasi kepada Indonesia yang meraih pertumbuhan tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat, di tengah kondisi dunia yang berat," tulis Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menyampaikan, pihaknya dan Kristalina sependapat, untuk menghadapi kondisi global yang penuh tantangan, sehingga perlu ada mekanisme untuk memitigasi risiko sebelum terjadi resesi apabila kondisi tekanan ini benar-benar berlanjut.

"Perlu sebuah mekanisme yang diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang, untuk membuat bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam," tulis Sri Mulyani.

Kepada Kristalina, Sri Mulyani menyatakan pemerintah Indonesia akan ikut turun tangan dalam merancang mekanisme mitigasi ancaman resesi global termasuk juga merumuskan langkah konkret yang perlu diambil untuk menghadapi risiko multi krisis yang sudah di depan mata.

"Indonesia akan terus aktif mendukung dirumuskannya opsi-opsi dan langkah konkret untuk memitigasi risiko multi krisis saat ini," tulis Sri Mulyani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement