Rabu 12 Oct 2022 18:17 WIB

'Kehadiran' Rasulullah SAW dalam Pembacaan Maulid Simthu Ad-Durar dan Syaratnya

Pembacaan Simthu Ad-Durar upaya untuk tumbuhkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Nabi Muhammad (ilustrasi). Pembacaan Simthu Ad-Durar upaya untuk tumbuhkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW
Foto: Dok Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi). Pembacaan Simthu Ad-Durar upaya untuk tumbuhkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Ada beberapa kitab Maulid yang dikenal selama ini, di antaranya yaitu kitab Simthu ad-Durar dan al-Barzanji. Dari berbagai kitab Maulid, yang umum dibaca oleh umat Muslim adalah kitab Simthu ad-Duror, karya Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsy. 

Sekretaris Jenderal Jatman, KH Mashudi, menyampaikan kitab Simthu ad-Durar, sebagaimana kitab al-Barzanji, berisi bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW. 

Baca Juga

Di dalamnya juga memuat sejarah tentang perjuangan dan akhlak Nabi SAW, baik di keluarga, masyarakat, medan perang, maupun ketika berdakwah. 

"Jadi di dalam kitab maulid apapun, termasuk Simthu ad-Durar, isinya adalah sholawat dan sirah Nabi Muhammad SAW," tutur dia kepada Republika.co.id, Rabu (5/10/2022).

Kiai Mashudi menjelaskan, penggalan-penggalan kalimat dalam kitab Simthu ad-Duror sudah terdapat dalam kitab al-Barzanji dan kitab-kitab maulid yang lain. Sebab, antara kitab-kitab maulid itu sebetulnya memiliki kesamaan dan saling bersinggungan karena sosok yang ditulisnya sama, yakni Nabi Muhammad SAW. 

Namun, Simthu ad-Durar memiliki ciri khas tersendiri. Tulisan dalam kitab ini dirangkai dengan bahasa-bahasa pilihan dalam bentuk qasidah.

Keindahan gaya bahasanya, atau balaghahnya, ada di tingkat tertinggi. Menurut Kiai Mashudi, gaya bahasa Simthu ad-Durar ibarat menggunakan kromo inggil, tingkatan bahasa paling tinggi dalam bahasa Jawa. 

"Isinya tentang puji-pujian yang menyentuh kalbu sehingga menyentuh para pembaca dan membuat mereka semakin menghayati. Meski tidak tahu artinya, tetap bisa menghayati, seakan terhipnotis dengan kata-kata yang digunakan. Dan semakin tinggi rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW karena penggunaan bahasa yang indah itu," tuturnya. 

Salah satu contohnya, ialah kalimat 'Ya robbi sholli 'ala Muhammad, maa laaha fil ufqi nuuru kaukab'. Artinya, Ya Robbi, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW selama cahaya bintang bersinar di ufuk. Menurut Kiai Mashudi, kalimat ini memiliki sisi balaghah yang luar biasa. 

Baca juga: Dihadapkan 2 Pilihan Agama Besar, Mualaf Anita Yuanita Lebih Memilih Islam

Kiai Mashudi menambahkan, dalam Simthu ad-Durar, sebagian ada yang mengambil dari al-Barzanji, dan kitab-kitab maulid lainnya. Kemudian dikutip dan digubah dengan bahasa-bahasa pilihan. 

Digubah dengan menggunakan gaya bahasa yang lebih indah. "Al-Barzanji, Simthu ad-Durar dan kitab-kitab maulid lainnya, ini substansinya sama, yakni bagaimana kitab mahabbah kepada Rasulullah SAW dengan sholawat. Dalam al-Barzanji banyak sejarahnya, sedangkan di Simthu ad-Durar banyak qasidahnya," terangnya. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement