Jumat 14 Oct 2022 16:29 WIB

Korban Kerusuhan Kanjuruhan Berpotensi Alami PTSD

PTSD dapat terjadi jika korban mengalami gejala yang menetap dan semakin parah.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nur Aini
Suasana Stadion Kanjuruhan pascakerusuhan di Malang, Jawa Timur.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Suasana Stadion Kanjuruhan pascakerusuhan di Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana mengungkapkan kemungkinan korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang, mengalami post trauma stress disorder (PTSD). Meski demikian, kata dia, tidak semua korban yang berada di lokasi kejadian bisa mengalami PTSD.

"Meskipun korban melihat kejadian tersebut secara langsung hingga kehilangan orang terdekatnya," ujarnya, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, PTSD merupakan gangguan stres pascatrauma akan situasi yang menegangkan, menakutkan, dan adanya ancaman. PTSD dapat terjadi jika korban mengalami gejala yang menetap dan semakin parah pascaperistiwa yang dialaminya.

“Pada fase 1 bulan memasuki fase gangguan stres akut. Kemudian fase 2-3 bulan memasuki gangguan penyesuaian, dan memasuki fase 6 bulan jika gejala yang dialami semakin parah, baru dilakukan asesmen untuk dapat dikatakan PTSD,” ujar Atika.

Atika pun menjelaskan hal yang biasanya dirasakan orang yang mengalami PTSD yaitu menilai kapasitas dirinya tidak sepadan dengan situasi yang dihadapi dan cenderung merasa tidak mampu menangani tekanan yang dialami. Seseorang yang mengalami PTSD juga akan mudah terganggu dengan hal-hal kecil yang tidak berkaitan dengan peristiwa traumatis yang pernah ia alami.

“Contohnya, korban yang berada di Stadion Kanjuruhan melihat rerumputan hijau dan apabila korban tersebut mengalami PTSD bertemu rerumputan hijau di taman akan menimbulkan trigger,” kata Atika.

Perubahan emosi juga dialami oleh orang yang mengalami PTSD. Di mana mereka cenderung murung, menarik diri dari lingkungan sekitar, dan numbness. Jika hal tersebut dialami, maka orang tersebut membutuhkan psikofarmakologi atau penanganan secara medis.

Peran orang sekitar, kataa, sangat diperlukan untuk mencegah PTSD semakin parah dengan mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan disarankan untuk berolahraga. “Survivor yang ingin cepat pulih dapat melakukan coping mechanism dan jangan merasa sendiri serta it’s okay to asking help,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement