Jumat 14 Oct 2022 21:21 WIB

Teladan Rasulullah SAW dalam Berkeluarga

Kehidupan Rasulullah SAW dalam mengarungi bahtera rumah tangga merupakan teladan,

Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, Kehidupan Rasulullah SAW dalam mengarungi bahtera rumah tangga merupakan model bagi setiap Muslim membangun keluarga. Begitu banyak teladan yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW bagi umatnya dalam membina keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.

Pakar Ketahanan Keluarga UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Hj Ulfiah menjelaskan, sakinah secara harfiah adalah ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian jiwa. Kata ini da lam Alquran disebutkan enam kali. Dalam ayat suci Alquran dijelaskan, sakinah dihadirkan Allah SWT ke dalam hati para nabi dan orang-orang beriman.

Baca Juga

Menurut Ali bin Muhammad al-Jurjani dalam at-Ta'rifaat, sakinah adalah adanya ketenteraman dalam hati saat datangnya sesuatu yang tidak terduga, yang dibarengi satu cahaya dalam hati yang memberi ketenangan dan ketenteraman.

Sedangkan, Muhammad Rasyid Ridha, seorang intelektual Muslim dan tokoh reformis dunia Islam asal Mesir, menjelaskan bahwa sakinah adalah sikap jiwa yang ditimbulkan dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari keguncangan hati dan ketakutan.

 

"Merujuk pada definisi tersebut, sakinah berorientasi pada suasana dan sikap hati yang meliputi iklim nyaman dan tenteram, yang disertai suasana penerimaan diri dalam balutan cahaya ketenangan. Jadi, sakinah dalam konteks keluarga adalah keluarga yang nyaman, tente ram, bahagia, dan senantiasa bersyu kur serta mampu berinteraksi dengan baik,"kata Guru Besar Psikologi Konseling UIN Bandung itu.

Rasulullah SAW memberi contoh berupa memanggil istrinya dengan nama yang baik, seperti Humairoh, "Yaa Humairoh". Beliau SAW juga tidak pernah menuntut istri untuk me lakukan banyak hal dalam kegiatan do mestik. Bahkan, beliau sendirilah yang mela kukan kegiatan domestik sehingga jika berkaitan dengan peran gender, Rasulullah SAW sudah sangat sensitif gender.

"Jadi, Islam sesungguhnya sudah sangat sensitif gender untuk bisa memahami dan merealisasikan bagaimana peran-peran sosial bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan,"ucap nya.

Ulfiah juga menjelaskan tentang anjuran Rasulullah untuk belajar berkuda, memanah, dan berenang. Menurutnya, ada pelajaran yang bisa dipetik dari memanah, berenang, dan berkuda. Misalnya berkuda, yang memiliki seni ter sendiri dalam melakukannya. Kuda yang lincah mudah dikendalikan asalkan pe nunggangnya bisa memosisikan dirinya. Bila ingin menggerakkan ke depan, jangan memukul badannya dari belakang karena bisa jadi tubuh akan terpental.

Berkuda mengajarkan untuk menghargai sesama makhluk Allah SWT. "Kita tidak boleh melakukan kekerasan, harus saling me nyayangi antarsesama. Dalam agama selain diajarkan mengenai hablu minallah, hablu minannas, juga hablu minal alam," ujarnya menerangkan.

Berenang juga memiliki banyak manfaat.Mengajarkan anak berenang itu perlu. Orang tua harus menyediakan waktu untuk itu, karena dalam keluarga ada fungsi rekreasi. "Kita sebagai orang tua jangan sampai hanya punya waktu untuk diri sendiri, tetapi juga harus bisa melaksanakan fungsi keluarga sebagai rekreasi," tuturnya.

Memanah bisa melatih emosi dalam menempatkan target secara tepat sasaran. Setiap Muslim harus mampu mengontrol emosi. Jika tidak stabil, besar kemungkinan akan gagal dalam memanah. Olahraga memanah melatih mengendalikan emosi. "Karena, keluarga sakinah itu diciptakan dari suasana yang aman, nyaman, bahagia, dan sehat lahir batin," ujar nya.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement