Sabtu 15 Oct 2022 17:11 WIB

Abu Dhabi Keluarkan Larangan Konsumsi Obat Batuk Pilek Anak Asal India

Larangan diambil untuk mencegah anak-anak UEA bernasib serupa di Gambia.

Rep: Mabruroh/ Red: Friska Yolandha
Obat sirup. Sebanyak 66 anak meninggal dunia dan 81 anak dalam perawatan di rumah sakit, setelah mengkonsumsi obat batuk pilek asal India.
Foto: Flickr
Obat sirup. Sebanyak 66 anak meninggal dunia dan 81 anak dalam perawatan di rumah sakit, setelah mengkonsumsi obat batuk pilek asal India.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Sebanyak 66 anak meninggal dunia dan 81 anak dalam perawatan di rumah sakit, setelah mengkonsumsi obat batuk pilek asal India. Obat tersebut antara lain Promethazine Oral Solution BP, Kofexmalin Baby Batuk Sirup, Makoff Baby dan MaGrip n Cold.

Menanggapi kabar memilukan ini, Abu Dhabi melarang penuh jual beli obat-obatan asal India itu. Keputusan ini diambil untuk mencegah anak-anak mengalami nasib serupa sebagainana yang dialami Gambia.

Baca Juga

“Empat obat batuk dan pilek untuk anak-anak yang mungkin terkait dengan kematian di Gambia, tidak dijual di mana pun di Abu Dhabi,” kata Departemen Kesehatan (DoH) emirat mengkonfirmasi dilansir dari Khalej Times, Sabtu (15/10/2022).

Departemen mendesak mereka yang mungkin telah memperoleh produk untuk tidak menggunakannya dan mencari bantuan medis jika terjadi efek samping setelah penggunaan.

Obat-obatan yang diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals India dilaporkan telah menyebabkan kematian 66 anak di Gambia, Afrika. Setelah laporan Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa obat-obatan itu mungkin terkait dengan kematian anak-anak di Gambia. 

Badan Regulasi Obat-Obatan India meluncurkan investigasi terhadap Maiden Pharmaceuticals serta menghentikan semua produksi di perusahaan yang berbasis di New Delhi itu.

Dalam sebuah posting media sosial, Abu Dhabi mengatakan empat produk oleh Maiden Pharmaceuticals Limited tidak tersedia di semua sektor perawatan kesehatan di emirat karena mengandung bahan-bahan yang terkontaminasi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement