Senin 17 Oct 2022 16:35 WIB

Presiden China Bersumpah untuk Ambil Alih Kekuasaan di Taiwan

Presiden China Xi Jinping menekankan kebijakan 'satu negara, dua sistem' China

Presiden China, Xi Jinping berjanji untuk mengambil alih Taiwan dan mengadvokasi kebijakan
Presiden China, Xi Jinping berjanji untuk mengambil alih Taiwan dan mengadvokasi kebijakan "satu negara, dua sistem"

REPUBLIKA.CO.ID.,  ANKARA -- Presiden China Xi Jinping pada Ahad (16/10/2022) membuka Kongres Nasional Partai Komunis China (CPC) ke-20 di Beijing dengan berjanji untuk mengambil alih Taiwan dan mengadvokasi kebijakan "satu negara, dua sistem", menurut media yang dikelola pemerintah.

Dalam pidatonya di hadapan hampir 2.300 anggota partai di Aula Besar Rakyat Beijing, presiden China mengatakan, “Menyelesaikan masalah Taiwan adalah masalah China, masalah yang harus diselesaikan oleh China.”

Baca Juga

“Kami akan terus berjuang untuk reunifikasi damai dengan ketulusan terbesar dan upaya terbaik, tetapi kami tidak akan pernah berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan, dan kami memiliki pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan. Ini ditujukan semata-mata terhadap campur tangan kekuatan luar dan segelintir separatis yang mendorong 'kemerdekaan Taiwan' dan kegiatan separatis mereka; itu sama sekali tidak ditargetkan pada rekan-rekan kami di Taiwan,” menurut media yang dikelola pemerintah China mengutip perkataan presiden.

"Kami selalu menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap rekan senegara kami di Taiwan dan bekerja untuk memberikan manfaat bagi mereka. Kami akan terus mempromosikan pertukaran dan kerja sama ekonomi dan budaya di Selat," kata Xi.

“Kebijakan 'Satu Negara, Dua Sistem' adalah inovasi besar sosialisme dengan karakteristik China. Ini telah terbukti menjadi aturan kelembagaan terbaik untuk memastikan kemakmuran dan stabilitas berkelanjutan di Hong Kong dan Makau setelah mereka kembali ke tanah air."

“Kebijakan ini harus dipatuhi dalam jangka panjang,” kata Presiden Xi.

KTT tersebut diadakan setiap lima tahun di mana delegasi partai memutuskan kebijakan masa depan dan mendukung peran kepemimpinan baru.

“Kami akan sepenuhnya, setia, dan tegas menerapkan kebijakan 'Satu Negara, Dua Sistem', di mana rakyat Hong Kong mengelola Hong Kong dan rakyat Makau mengelola Makau, keduanya dengan tingkat otonomi yang tinggi. Kami akan tetap berkomitmen pada pemerintahan berbasis hukum di Hong Kong dan Makau," kata Xi.

Xi Jinping juga mencantumkan prinsip-prinsip utama untuk membangun "China yang sosialis modern" dalam segala hal.

“Dalam perjalanan ke depan, kita harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip utama menegakkan dan memperkuat kepemimpinan Partai secara keseluruhan, mengikuti jalan sosialisme dengan karakteristik China, menerapkan filosofi pembangunan yang berpusat pada rakyat, tetap berkomitmen untuk memperdalam reformasi dan keterbukaan untuk meneruskan semangat juang kami,” kata Xi.

"Masa depan kami cerah, tetapi jalan kami masih panjang," kata dia.

KTT itu diadakan ketika AS melihat China sebagai saingan utamanya dan sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk melikuidasi ketergantungan pada rantai pasokan China. Kedua negara menjadi dua kekuatan ekonomi teratas dunia, dan mereka memiliki militer yang kuat.

Pernyataan dari pemimpin China itu muncul setelah ketegangan baru di Selat Taiwan ketika Washington menerbangkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi dalam perjalanan mendadak ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri, dan Beijing menganggap langkah AS itu adalah provokasi terbesar dari Barat.

China menganggap Taiwan sebagai “provinsi yang memisahkan diri,” tetapi Taipei bersikeras untuk mendeklarasikan kemerdekaan mereka sejak 1949, dan melakukan hubungan diplomatik independen dengan 14 negara.

 

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/presiden-china-bersumpah-untuk-ambil-alih-kekuasaan-di-taiwan/2713150
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement