Kamis 20 Oct 2022 13:18 WIB

Xi akan Lukai Semua Etnis Tionghoa Jika Menyerang Taiwan

China telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Taiwan selama dua tahun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato pada upacara pembukaan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China yang berkuasa di Beijing, China, Ahad, 16 Oktober 2022. China pada hari Minggu membuka dua kali- konferensi partai satu dekade di mana pemimpin Xi Jinping diperkirakan akan menerima masa jabatan lima tahun ketiga yang melanggar preseden baru-baru ini dan menetapkan dirinya sebagai politisi China paling kuat sejak Mao Zedong.
Foto: AP/Ju Peng/Xinhua
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato pada upacara pembukaan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China yang berkuasa di Beijing, China, Ahad, 16 Oktober 2022. China pada hari Minggu membuka dua kali- konferensi partai satu dekade di mana pemimpin Xi Jinping diperkirakan akan menerima masa jabatan lima tahun ketiga yang melanggar preseden baru-baru ini dan menetapkan dirinya sebagai politisi China paling kuat sejak Mao Zedong.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kepala Biro Keamanan Nasional Taiwan, Chen Ming-tong, pada Kamis (20/10) mengatakan, Presiden Cina Xi Jinping akan melukai semua etnis Tionghoa jika dia menyerang Taiwan. Chen menambahkan, Xi tidak akan memenangkan perang karena dia akan menghadapi sanksi internasional dan isolasi diplomatik.

China telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Taiwan selama dua tahun terakhir. China berusaha untuk menegaskan klaim kedaulatannya terhadap Taiwan. Chen mengatakan, Xi akan menghadapi bencana jika dia menindaklanjuti ancamannya untuk menyerang Taiwan.

“Tidak ada kemungkinan menang dalam menggunakan kekuatan untuk menyerang Taiwan. Xi akan kehilangan apa yang disebut peremajaan besar orang-orang China, dan menjadi orang berdosa bagi orang-orang China,” kata Chen, merujuk pada mereka yang beretnis Tionghoa daripada berkebangsaan China.

Taiwan mengatakan, hanya 23 juta penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka. Taiwan menolak klaim kedaulatan China. Taiwan bersikeras bahwa mereka tidak  pernah diperintah oleh Republik Rakyat China.

“Sangat jelas bahwa kedua belah pihak harus saling menghormati dan berkembang secara terpisah, yang merupakan cara yang akan membawa kebahagiaan bagi rakyat,” kata Chen.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah berulang kali menawarkan untuk melanjutkan pembicaraan dengan China berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan dan saling menghormati. Tetapi Beijing menolaknya. Beijing bersikeras bahwa  Taiwan adalah bagian daripada wilayah China.

Tsai mengawasi program modernisasi militer untuk menanggapi ancaman China yang semakin meningkat. Pada Agustus, China melakukan latihan perang di sekitar Taiwan. Latihan ini sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua House of Representative Amerika Serikat, Nancy Pelosi ke Taipei.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement