Senin 24 Oct 2022 09:34 WIB

IMF: Eropa Berisiko Alami Resesi Lebih Dalam

IMF menyebut Jerman dan Italia akan tergelincir ke dalam resesi pada tahun depan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang berjalan ke stasiun trem di Frankfurt, Jerman, Jumat, 14 Oktober 2022. Laporan Outlook Ekonomi Regional Dana Moneter Internasional (IMF) pada Ahad (23/10/2022) menyatakan, penurunan ekonomi di beberapa wilayah Eropa dapat berubah menjadi
Foto: AP/Michael Probst
Orang-orang berjalan ke stasiun trem di Frankfurt, Jerman, Jumat, 14 Oktober 2022. Laporan Outlook Ekonomi Regional Dana Moneter Internasional (IMF) pada Ahad (23/10/2022) menyatakan, penurunan ekonomi di beberapa wilayah Eropa dapat berubah menjadi

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Laporan Outlook Ekonomi Regional Dana Moneter Internasional (IMF) pada Ahad (23/10/2022) menyatakan, penurunan ekonomi di beberapa wilayah Eropa dapat berubah menjadi "resesi yang lebih dalam" di seluruh benua. Karena gangguan energi mengancam penderitaan ekonomi, sementara krisis biaya hidup berisiko memicu ketegangan sosial.

Laporan ini muncul ketika Negara-negara Eropa bergulat dengan inflasi yang meningkat dan krisis energi yang memburuk. Hal ini telah menekan daya beli rumah tangga dan meningkatkan biaya bisnis. Menurut IMF, dukungan pemerintah hanya dapat mengimbangi sebagian ketegangan ini. Invasi Rusia ke Ukraina tahun ini membuat inflasi melonjak karena harga kenaikan energi. Hal ini memaksa Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga untuk mendinginkan ekonomi dengan risiko menyebabkan kontraksi.

Baca Juga

"Prospek Eropa telah sangat gelap, dengan pertumbuhan akan melambat tajam dan inflasi tetap tinggi," kata IMF dalam laporannya, dilansir Alarabiya, Senin (24/10/2022).

IMF memprediksi, Jerman dan Italia akan tergelincir ke dalam resesi tahun depan. Keduanya menjadi negara ekonomi maju pertama yang mengalami kontraksi setelah perang di sisi timur Eropa.

"Sementara Eropa sedang dalam perjalanan untuk keluar dari pandemi pada akhir tahun lalu, perang di Ukraina mengubah gambaran ini sepenuhnya," kata IMF.

Laporan IMF mengatakan, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju Eropa diperkirakan akan melambat tajam menjadi 0,6 persen pada 2023. Sementara untuk negara-negara berkembang di kawasan itu, tidak termasuk negara-negara konflik dan Turki, pertumbuhan juga dipatok melambat menjadi 1,7 persen. Sedangkan kerugian di negara-negara konflik akan besar.

"Risiko jangka pendek utama adalah gangguan lebih lanjut pada pasokan energi, yang dikombinasikan dengan musim dingin, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gas, penjatahan dan penderitaan ekonomi yang lebih dalam," kata IMF.

Laporan IMF mengatakan, lonjakan inflasi juga dapat bertahan lebih lama dan ketegangan sosial dapat memburuk karena kenaikan biaya. Dalam keadaan saat ini, IMF menyerukan kepada bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga dan "kenaikan lebih cepat" di negara maju.

"Pembuat kebijakan perlu menjalankan garis tipis antara memerangi inflasi dan mendukung rumah tangga dan perusahaan yang rentan melalui krisis energi," ujar IMF.

Awal bulan ini, IMF memperkirakan bahwa ekonomi Jerman akan menyusut 0,3 persen pada 2023. Jerman terpukul keras oleh ketergantungannya pada gas Rusia, setelah Moskow memotong pasokan gas ke Eropa sebagai pembalasan atas sanksi Barat.

Sementara industri di Italia juga bergantung pada impor gas. Italia akan mengalami kontrak produk domestik bruto sebesar 0,2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement