Senin 24 Oct 2022 21:42 WIB

Sebuah Laporan Ungkap Ketertarikan Faksi Taliban Jalin Hubungan dengan Israel 

Faksi di Taliban berkaca ke sejumlah negara Arab terkait relasi dengan Israel

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi bendera Israel. Faksi di Taliban berkaca ke sejumlah negara Arab terkait relasi dengan Israel.
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ilustrasi bendera Israel. Faksi di Taliban berkaca ke sejumlah negara Arab terkait relasi dengan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Faksi yang terdiri dari sekitar 200 orang di Taliban disebut tertarik menjalin hubungan dengan Israel. Ketertarikan tersebut disampaikan oleh seorang pejabat Taliban, yang merupakan penduduk Kabul yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Pejabat Taliban itu, seperti dikutip dari laman All Israel News, Senin (24/10), diduga memiliki kedekatan dengan pengambil keputusan dalam pemerintahan Taliban. 

Baca Juga

Dia melaporkan bahwa faksi yang tertarik untuk menjalin hubungan dengan Israel yaitu pejabat senior dan tinggi Taliban.

"Pada tahap awal, mereka tertarik untuk menjalin hubungan rahasia, dengan maksud untuk melihat negosiasi ini membuahkan hasil dalam beberapa tahun atau bahkan satu dekade," kata pejabat itu kepada i24NEWS, dilansir All Israel News. 

Tujuan akhir dari faksi internal Taliban ini supaya terjadi kesepakatan bilateral antara Israel dan Afghanistan. 

Pejabat anonim itu menekankan, kebijakan tersebut sama sekali bukan posisi resmi pemerintah Taliban, melainkan pendapat yang dipegang  individu-individu dalam Taliban. 

Menurut sumber itu, alasan di balik ide tersebut adalah untuk memberdayakan Taliban melalui pembinaan hubungan dengan negara adikuasa di wilayah tersebut. 

Faksi tersebut ingin memberdayakan dan mempertahankan rezim mereka. Mereka merasa perlu membentuk hubungan yang kuat dengan negara adidaya di kawasan itu. 

"Dan mereka melihat Israel sebagai pemberi pengaruh yang kuat. Israel kuat dan berpengaruh di Timur Tengah dan dunia yang lebih luas," kata pejabat tersebut, yang menyebut telah menjaga kontak dengan seorang aktivis Israel.

Sumber itu juga menyampaikan, Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan diplomatik antara Israel dan Bahrain, Uni Emirat Arab, Maroko dan, mungkin, Sudan, adalah inspirasi bagi Taliban.

"Beberapa negara Muslim menjalin hubungan dengan Israel karena itu adalah kepentingan nasional mereka, dan kami juga memiliki kepentingan nasional kami sendiri," katanya. 

Namun demikian, di Afghanistan, belum ada pengakuan resmi tentang gagasan membangun hubungan diplomatik dengan Israel. 

Sebulan sebelum wawancara i24NEWS, Aljazirah bertanya kepada juru bicara Kantor Politik Imarah Islam Afghanistan terkait apakah Taliban akan memiliki masalah dengan membangun hubungan dengan Israel. 

"Masalah apa yang kita miliki dengan Israel? Nanti ada yang bertanya apakah kami bersedia berdialog dengan Mars," kata juru bicaranya, Muhammad Naeem. 

Padahal sebelumnya, tepatnya pada September 2021, juru bicara Taliban untuk Media Internasional Suhail Shaheen mengatakan kepada media Rusia Sputnik International bahwa Taliban bersedia menjalin hubungan dengan semua negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, kecuali satu, yakni negara Yahudi Israel. 

"Tentu saja, kami tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Israel. Kami ingin memiliki hubungan dengan negara lain, Israel tidak termasuk di antara negara-negara ini," kata Shaheen saat itu. 

Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, setelah penarikan militer Amerika Serikat yang kacau dari negara itu. Sejak saat itu, Taliban memasang kebijakan yang kejam sebagaimana laporan Amnesty International.

 

Sumber: allisrael  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement