Selasa 25 Oct 2022 13:21 WIB

Pandangan Islam Terhadap Fenomena Gerhana Matahari dan Bulan

Fenomena gerhana matahari dan bulan adalah proses alami.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
 Bulan saat gerhana di atas Kastil Salgo dilihat dari Salgotarjan, Hungaria, Senin pagi, 16 Mei 2022. Pandangan Islam Terhadap Fenomena Gerhana Matahari dan Bulan
Foto: Peter Komka/MTI via AP
Bulan saat gerhana di atas Kastil Salgo dilihat dari Salgotarjan, Hungaria, Senin pagi, 16 Mei 2022. Pandangan Islam Terhadap Fenomena Gerhana Matahari dan Bulan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa Nabi Muhammad fenomena gerhana matahari pernah terjadi. Namun, pada saat itu, banyak orang yang menghubungkan fenomena alam dengan mitos atau legenda. Misal, gerhana matahari terjadi karena kematian Nabi Ibrahim.

Dalam mengatasi masalah ini, Rasulullah memberikan penjelasan dalam salah satu haditsnya. “Matahari dan bulan adalah sebagian dari tanda-tanda Allah SWT yang tidak terjadi gerhana untuk kematian atau kehidupan seseorang,” (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga

Bagaimana fenomena ini terjadi?

Bumi yang kita tinggali mengorbit mengelilingi matahari sekali setiap tahun. Bulan juga mengorbit mengelilingi bumi sekali setiap bulan lunar. Pada waktu-waktu tertentu, ketika matahari bersinar terang dan memancarkan sinarnya, bulan yang sedang berotasi berada di depannya dan menutupinya secara keseluruhan.

 

Fenomena gerhana matahari sangat berbahaya jika ditatap secara langsung karena memancarkan radiasi. Radiasi yang paling berbahaya adalah infra merah yang ditransmisikan melalui matahari secara permanen.

Ketika bulan berada di depan matahari dan menutupi sebagian, kita menyebut fenomena ini sebagai gerhana sebagian. Namun, jika bulan menutupi matahari secara total, fenomenanya disebut gerhana total di mana matahari menghilang dan dunia tiba-tiba menjadi gelap selama satu atau dua menit.

Radiasi yang dihasilkan dari gerhana matahari dapat menyebabkan kebutaan sementara atau permanen. Para ilmuwan merekomendasikan tidak melihat matahari selama gerhana karena akan mengirimkan sejumlah besar radiasi inframerah.

Semantara itu, bulan memantulkan sinar dan kita menerima sinar yang aman. Allah SWT menggambarkannya sebagai benda yang memantulkan cahaya sedangkan matahari adalah sumber cahaya dan penerangan.

Selain fenomena gerhana matahari ada juga yang dikenal gerhana bulan. Bulan memantulkan cahaya matahari ke arah bumi sehingga kita melihatnya bersinar di langit. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 61:

تَبٰرَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِى السَّمَاۤءِ بُرُوْجًا وَّجَعَلَ فِيْهَا سِرٰجًا وَّقَمَرًا مُّنِيْرًا

“Maha memberkahi (Allah) yang menjadikan gugusan bintang di langit serta padanya pelita (matahari) dan bulan yang bercahaya.”

Pada saat fenomena gerhana bulan, posisi bumi berada di tengah bulan dan matahari. Bumi menutupi cahaya matahari sehingga bulan tampak seperti piringan tembaga yang redup.

Sementara gerhana matahari dan bulan terjadi di bumi, fenomena gerhana juga terjadi di planet lain. Sebagian besar planet di alam semesta memiliki bulan yang mengorbit di sekitar mereka dan terkadang, bulan-bulan ini lewat di depan matahari menutupi cahaya dan meninggalkan planet-planet gelap selama beberapa menit.

Ilmuwan dari NASA mampu mengambil foto untuk planet Jupiter selama gerhana. Bintik-bintik hitam mewakili bayangan bulan planet selama gerhana. Dari fakta-fakta tersebut dapat kita simpulkan bahwa matahari dan bulan berputar dalam sistem yang terkontrol dan akurat dan fenomena gerhana adalah proses alami yang tidak terjadi akibat kematian atau kehidupan seseorang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement