Selasa 25 Oct 2022 20:20 WIB

Pakar Oxford: SARS-CoV-2 Penyebab Gelombang Awal Pandemi Sudah Memudar, Jadi Lebih Ringan

Virus penyebab gelombang pertama Covid-19 bisa membuat orang alami pneumonia.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Covid-19 (ilustrasi). Tidak seperti SARS-CoV-2 asli yang mengusik di awal pandemi, varian omicron mendatangkan gejala yang tidak terlalu parah.
Foto: www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Tidak seperti SARS-CoV-2 asli yang mengusik di awal pandemi, varian omicron mendatangkan gejala yang tidak terlalu parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar dari Oxford University, Prof Sir John Bell, mengatakan virus penyebab Covid-19 seperti yang kita ketahui pada tahun 2020 kini tidak ada lagi. Virus menakutkan yang mengakibatkan gelombang pertama telah memudar menjadi virus yang lebih ringan seperti virus penyebab flu.

Prof Bell mengatakan sebagian besar orang Inggris tidak perlu lagi takut tertular SARS-CoV-2. Angka dari Kantor Statistik Nasional (ONS) menunjukkan gelombang musim gugur tampaknya telah mencapai puncaknya.

Baca Juga

"Penyakit yang kita semua takuti pada tahun 2020, pneumonia mengerikan yang menempatkan orang di unit perawatan intensif, pada dasarnya tidak ada lagi," ujar Prof Bell, seperti dilansir dari laman The Sun, Selasa (25/10/2022).

Prof Bell meyakini bahwa meskipun kena Covid-19 dan orang-orang akan merasa sedikit sakit, gejalanya akan mirip seperti flu. Penderitanya mungkin akan merasa tidak enak badan dan harus istirahat di tempat tidur.

"Tapi saya pikir, kita sepertinya tidak akan memiliki masalah seperti yang kita alami di masa lalu," kata Prof Bell yang menjadi penasihat para menteri pada awal pandemi.

Prof Bell mengatakan varian omicron yang gejalanya tidak terlalu parah dan kekebalan yang didapat masyarakat dari vaksin maupun penularan virus telah memangkas risiko keparahan Covid-19. Itu terjadi ketika ONS mengatakan dua juta orang Inggris memiliki virus corona pada pekan pertama Oktober, tetapi kenaikan kasus belakangan ini telah melambat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement