Jumat 28 Oct 2022 19:53 WIB

UMKM Perlu Pendampingan Literasi Digital dan Promosi

Banyak peluang bagi UMKM saat menuju ekosistem ekonomi digital

Rep: wahyu suryana/ Red: Hiru Muhammad
Penjaga stan menjelaskan salah satu produk UMKM kepada dua wisatawan asing pada kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Maluku Utara 2022 di Benteng Oranye, Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis (13/10/2022). Gernas BBI Maluku Utara 2022 yang berlangsung 13-16 Oktober 2022 tersebut diikuti 16 top brand, 17 UMKM dan BUMDes pilihan guna mengembangkan produk UMKM serta mewujudkan perkonomian serta percepatan transformasi digital dan industri kreatif nasional.
Foto: ANTARA/Andri Saputra
Penjaga stan menjelaskan salah satu produk UMKM kepada dua wisatawan asing pada kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Maluku Utara 2022 di Benteng Oranye, Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis (13/10/2022). Gernas BBI Maluku Utara 2022 yang berlangsung 13-16 Oktober 2022 tersebut diikuti 16 top brand, 17 UMKM dan BUMDes pilihan guna mengembangkan produk UMKM serta mewujudkan perkonomian serta percepatan transformasi digital dan industri kreatif nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini menjadi 65 juta pelaku usaha yang berkontribusi 60,5 persen terhadap PDB. Namun, pelaku UMKM belum sepenuhnya mendapat perhatian dan perlindungan sepenuhnya dari pemerintah.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno mengatakan, mereka menargetkan 30 juta UMKM sudah yang akan bertransformasi ke ekosistem digital pada 2024. Ia menekankan, semua diarahkan ke ekonomi digital.

Baca Juga

Ia melihat, banyak peluang yang bisa dibuat dan dikembangkan kepada  UMKM untuk menuju ekosistem ekonomi digital. Sehingga, UMKM memang memerlukan dukungan dari pemerintah untuk mendorong lahirnya banyak inovasi-inovasi baru.

"Kenaikan ekonomi digital kita capai 49 persen dan kontribusi terbesar pada e-commerce. Lebih dari 20 juta UMKM sudah bertransformasi ke ekosistem digital," kata Sandi dalam Temu Bisnis Nasional UMKM V di University Club (UC) UGM.

 

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi mengingatkan, tantangan terbesar bagi UMKM tidak lain proses transformasi menuju ekosistem usaha. Yang mana, mampu menghasilkan produk berkualitas dan selaras dengan industri 4.0."Serta, tangguh dan adaptif terhadap krisis," ujar Sultan.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Dr Arie Sudjito menilai, keberadaan UMKM menjadi kekuatan ekonomi riil di Indonesia dan memberi berkontribusi besar. Padahal, pelaku UMKM terkena pula dampak pandemi.

Terutama, lantaran ada larangan mobilitas masyarakat bepergian. Namun, dengan adanya kebijakan tatanan normal baru sekarang ini justru menjadi satu momentum bagi UMKM untuk bangkit dan bersinergi. Usaha kebangkitan dirasa mulai tumbuh."Daerah yang mengandalkan jasa dari mobilitas orang dengan jumlah 65 juta pelaku usaha memberikan kontribusi besar dan modal bagi kita untuk bangkit," kata Arie.

Arie berpendapat, salah satu langkah yang tidak kalah penting merupakan upaya-upaya pemerintah memberikan perlindungan sosial. Peningkatan literasi digital dan kegiatan promosi menembus pasar global perlu diusahakan pula pemerintah.

Menurut Arie, UMKM memang jangan sampai dibiarkan berjalan dan hidup sendiri. Mereka harus saling berkonsolidasi. Karenanya, ia berharap, Temu Bisnis Nasional UMKM tersebut menjadi bagian dalam forum membangun solidaritas dan jaringan."Kita harus bangkit dari bawah, di saat ekonomi global yang mengalami kelesuan," ujar Arie.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement