Jumat 28 Oct 2022 19:58 WIB

TJSL BUMN Olah Eceng Gondok di Waduk Jatiluhur Jadi Pupuk Organik

Kegiatan TJSL berbasis konservasi adalah upaya BUMN menjaga lingkungan hidup

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung komitmen BUMN klaster infrastruktur dan energi dalam pengelolaan sampah di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Foto: istimewa
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung komitmen BUMN klaster infrastruktur dan energi dalam pengelolaan sampah di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung komitmen BUMN klaster infrastruktur dan energi dalam pengelolaan sampah di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dalam rapat koordinasi (rakor) tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) BUMN klaster infrastruktur dan energi di Istora Jatiluhur Valley and Resort, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022) telah ditandatangani komitmen bersama pengelolaan sampah, khususnya eceng gondok.

Asisten Deputi Bidang TJSL, Kementerian BUMN, Edi Eko Cahyono, mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh BUMN dalam program ini.  "Sinergitas ini selaras dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir yang memfokuskan TJSL pada tiga sektor penting yakni pendidikan, lingkungan hidup, dan pengembangan UMKM,” ujar Edi yang turut menyaksikan penandatangan komitmen TJSL bersama ini.

Baca Juga

Menurut Edi, program-program TJSL yang dilaksanakan BUMN perlu disinergikan sehingga menghasilkan dampak yang signifikan untuk masyarakat dan lingkungan serta menciptakan rasa harmonis antarBUMN. Subtansi dari kerja sama ini adalah BUMN bisa menanfaatkan aset yang ada di lingkungan BUMN untuk sektor lain di masyarakat.

"Kalau eceng gondok ini dikelola menjadi pupuk, sudah jelas manfaatnya untuk para petani yang membutuhkan. Nanti akan kita lihat, siapa saja petani yang berhak menerima manfaat, dan petani mana saja yang dapat menerima bantuan karena berada di lingkungan sekitar perusuhaan atau skala ekonomi tertentu," ucap Edi.

Edi mengatakan kegiatan TJSL berbasis konservasi merupakan upaya BUMN untuk menjaga keberlangsungan ekosistem sekaligus memelihara Waduk Jatiluhur agar tetap terjaga fungsinya.

Sebagai informasi, Waduk Jatiluhur memiliki fungsi memasok sekitar 80 persen air minum untuk Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, air waduk Jatiluhur merupakan sumber air minum untuk wilayah seperti Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, dan Bandung Raya.

Direktur Keuangan, SDM dan Manajemen Risiko Jasa Tirta II Indriani Widiastuti mengatakan selama ini Jasa Tirta II menghadapi permasalahan eceng gondok yang masif di Waduk Jatiluhur.

“Di Waduk Jatiluhur yang luasnya 8.300 hektar ini, setelah dipetakan, luas eceng gondoknya mencapai sekitar 300 hektar. Eceng gondok ini telah menjadi gulma dan kemudian mengganggu kualitas air serta mengancam produksi listrik di perusahaan kami. Nah, masalah ini yang harus kita selesaikan," ucap Indriani.

Indriani mengatakan BUMN akan melakukan terobosan dengan menggandeng ESQ Kemanusiaan, sebuah lembaga nonprofit yang menghimpun dana zakat, infak, sedekah maupun CSR perusahaan dan donasi lainnya untuk disalurkan dalam program-program kemanusiaan untuk mengolah eceng gondok menjadi pupuk.

Anggota Komunitas Wisata Waduk Jatiluhur, Taufik, mengucapkan terima kasih kepada BUMN yang telah berkolaborasi untuk mengolah gulma eceng gondok di perairan Waduk Jatiluhur. “Kami siap membantu dan mendukung kelancaran program pengolahan eceng gondok ini," ujar Taufik.

Dalam acara ini, BUMN juga melakukan ikrar bersama untuk terus menggalakkan program Dekarbonisasi dengan sesegera mungkin mengurangi emisi karbondioksida untuk menyelematkan bumi dari perubahan iklim dan penebaran 15 ribu benih ikan di Waduk Jatiluhur.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement