Sabtu 29 Oct 2022 00:50 WIB

AS: Serangan Nuklir Korut akan Akhiri Rezim Kim Jong-un

Amerika Serikat merilis Nuclear Posture Review,.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) telah merilis Nuclear Posture Review, Kamis (27/10/2022). Dalam laporan itu, Washington secara tegas memperingatkan pemimpin Korea Utara (Korut) agar tidak menggunakan senjata nuklirnya.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) telah merilis Nuclear Posture Review, Kamis (27/10/2022). Dalam laporan itu, Washington secara tegas memperingatkan pemimpin Korea Utara (Korut) agar tidak menggunakan senjata nuklirnya.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) telah merilis Nuclear Posture Review, Kamis (27/10/2022). Dalam laporan itu, Washington secara tegas memperingatkan pemimpin Korea Utara (Korut) agar tidak menggunakan senjata nuklirnya.

“Setiap serangan nuklir oleh Korut terhadap AS atau sekutu serta mitranya tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim itu. Tidak ada skenario di mana rezim Kim dapat menggunakan senjata nuklir dan bertahan hidup,” kata AS dalam Nuclear Posture Review-nya.

Baca Juga

Dalam Nuclear Posture Review, Pentagon mendefinisikan peran persenjataan nuklir AS sebagai pencegah serangan nuklir dan non-nuklir yang dilancarkan asing serta memiliki konsekuensi strategis. Nuclear Posture Review dirilis bersamaan ketika Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi memperkirakan bahwa Korut sedang mempersiapkan uji coba nuklirnya yang ketujuh.

"Semua orang menahan napas. Tes lebih lanjut, tentu saja, berarti mereka menyempurnakan persiapan dan pembangunan gudang senjata. Kami mengikuti hal ini dengan sangat, sangat dekat," kata Grossi kepada awak media pada Kamis lalu.

Grossi mengungkapkan, dia berharap Korut tak melakukan uji coba semacam itu. “Tapi sayangnya indikasi mengarah ke arah lain,” ujarnya.

Awal bulan ini AS menyatakan tetap siap melakukan pembicaraan tentang denuklirisasi dengan Korut. Hal itu disampaikan setelah Korut melakukan peluncuran rudal balistik ketujuh dalam kurun waktu dua pekan. "Kami ingin melihat denuklirisasi semenanjung Korea, dapat diverifikasi, lengkap, dan kami telah berkomunikasi dengan Korut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby dalam program ABC "This Week", 9 Oktober lalu. 

Menurut dia, tawaran untuk melakukan pembicaraan tetap berada di atas meja. Namun Kirby menyebut, Kim Jong-un memutuskan untuk tak menerima penawaran tersebut. “Justru sebaliknya: Sekarang dia (Kim Jong-un) telah meningkatkan program rudal balistiknya. Dia jelas tidak meninggalkan ambisi senjata nuklirnya,” ucap Kirby.

Mantan presiden AS Donald Trump sempat melakukan tiga kali pertemuan dengan Kim Jong-un untuk membahas isu denuklirisasi. Namun serangkaian pertemuan itu tak membuahkan hasil. Korut, karena telah menutup beberapa fasilitas uji coba nuklirnya, meminta AS segera mencabut sanksi ekonomi terhadapnya. Sementara AS berkeras diri bahwa pencabutan sanksi hanya mungkin dilakukan jika Pyongyang melakukan denuklirisasi secara penuh dan terverifikasi. Karena tidak ada titik tengah dari pertentangan itu, pertemuan Trump dan Kim tak memberikan hasil apa pun.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement