Jumat 28 Oct 2022 22:56 WIB

Militer Myanmar Janji Jaga Perdamaian di Perbatasan dengan Bangladesh

Militer Myanmar dan Bangladesh bahas perkembangan terkini terkait perbatasan

Pengungsi Rohingya berjalan di sepanjang kamp darurat di Kutubpalang, distrik Ukhiya Cox Bazar, Bangladesh, 24 Agustus 2022. 25 Agustus 2022 akan menandai lima tahun sejak eksodus etnis minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha dimulai pada Agustus 2017. Menurut United Komisaris Tinggi Negara untuk Pengungsi (UNHCR), hampir 925.000 pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh dan wilayah Cox
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Pengungsi Rohingya berjalan di sepanjang kamp darurat di Kutubpalang, distrik Ukhiya Cox Bazar, Bangladesh, 24 Agustus 2022. 25 Agustus 2022 akan menandai lima tahun sejak eksodus etnis minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha dimulai pada Agustus 2017. Menurut United Komisaris Tinggi Negara untuk Pengungsi (UNHCR), hampir 925.000 pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh dan wilayah Cox

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA— Militer Myanmar berjanji akan menjaga perdamaian dan keamanan di sepanjang perbatasan dengan Bangladesh untuk menghadapi meningkatnya insiden jatuhnya mortir di negara tetangganya itu ketika memerangi kelompok pemberontak bersenjata.

Jaminan itu disampaikan delegasi tentara Myanmar dalam pertemuan dengan Panglima Angkatan Darat Bangladesh Jenderal SM Shafiuddin Ahmed di Dhaka, menurut sebuah pernyataan yang dirilis Kamis malam (27/10/2022) oleh media angkatan bersenjata Bangladesh.

Baca Juga

Perwira tinggi militer Bangladesh memperingatkan militer Myanmar untuk lebih berhati-hati ketika melakukan operasi militer di sepanjang perbatasan.

Selama kunjungan itu, yang dipimpin Letnan Jenderal Phone Myat dari Biro Komando Operasi Khusus Myanmar, juga dibahas mengenai perdamaian dan keamanan regional.

Militer Myanmar menggarisbawahi keinginan dari pihaknya untuk menyelesaikan masalah bilateral dengan Bangladesh melalui persahabatan dan peningkatan komunikasi.

Perkembangan itu terjadi setelah Bangladesh meminta bantuan China untuk menyampaikan pesan perdamaian di perbatasan dengan Myanmar.

Duta Besar China di Myanmar baru-baru ini menyampaikan pesan tersebut kepada pihak berwenang terkait.

Bangladesh terakhir kali melaporkan pelanggaran perbatasan pada 23 Oktober 2022 menyusul penembakan mortir dari Myanmar di sepanjang distrik perbatasan Bandarban di Bangladesh.

Myanmar mengeklaim bahwa situasi itu muncul karena pertempuran tentara Myanmar dengankelompok pemberontak Tentara Arakan yang berlangsung berbulan-bulan.

Menurut catatan resmi dan laporan media, mortir yang ditembakkan dari seberang perbatasan oleh pasukan Myanmar telah menewaskan sedikitnya dua warga Rohingya dan melukai hampir belasan orang lainnya, termasuk beberapa warga negara Bangladesh, dalam dua bulan terakhir.

Namun, Bangladesh telah berulang kali memanggil Dubes Myanmar di Dhaka danmendesak agar pelanggaran perbatasan dihentikan dan perdamaian perbatasan dipertahankan.

Sementara itu, kedua belah pihak membahas cara untuk memastikan pemulangan segera pengungsi Rohingya yang telantar dan saat ini ditampung di kamp Cox's Bazar, Bangladesh.

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta warga etnisRohingya yang teraniaya di Cox's Bazar, setelah para pengungsi melarikan diri dari penumpasan brutal yang dilakukan militer Myanmar pada Agustus 2017.

Panglima angkatan darat Bangladesh menegaskan bahwa warga Myanmar yang telantar adalah masalah regional.

Dia menekankan perlunya pengungsi Rohingya kembali secepatnya ke Myanmar untuk menghilangkan risiko keamanan yang terkait dengan upaya menampung mereka dalam jangka panjang.    

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement